Mataram (NTB Satu) – Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah mengajak para mahasiswa, para generasi milennial memiliki motivasi menjadi pemain ekonomi seperti halnya generasi-generasi muda di negara-negara maju. Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah melek keuangan modern.
Hal ini diingatkan Gubernur saat membuka pelatihan jurnalistik dan literasi keuangan yang digelar Forum Wartawan Ekomomi NTB bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) NTB dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTB di Gedung Handayani Dikbud NTB, Sabtu 26 Februari 2022.
Gubernur mengaku sangat bersemangat menghadiri kegiatan-kegiatan yang melibatkan mahasiswa dan anak-anak muda, apalagi yang dibahas adalah tentang keuangan.
“Kegiatan seperti ini luar biasa. Ini terobosan luar biasa. Anak – anak muda itu jangan bahasnya politik saja, kekuasaan, ingin jadi gubernur saja,” ujarnya berseloroh.
Karena itulah, OJK dihadirkan di negeri ini salah satunya agar masyarakat lebih melek tentang keuangan. Dr. Zul kemudian mencontohkan permainan monopoli yang sering dimainkan di masyarakat. Karena salah satu pesan dalam permainan tradisional ini yaitu bagaimana masyarakat berpikir lebih luas tentang pentingnya kekuatan finansial.
“Kenapa saya bicara monopoli, itu permainan yang sebenarnya mengajar. Di barat-barat itu, permainan-permainan seperti ini ditanamkan kepada anak-anaknya sejak kecil. Bukan sebatas bermain saja. Tetapi menanamnya semangat positif dibalik permainan tersebut kepada anak-anaknya sejak dini,” katanya.
Di negara berkembang katanya, banyak orang bergelar sarjana, sekolah tinggi, tapi di usia tua hidup di tengah keterbatasan. “Di kita, dunia usaha itu masih negatif. Literasi keuangan kita titipkan ke OJK agar literasi itu masuk ke semua lini agar kita melek keuangan,” ujarnya.
Literasi keuangan sangat kompleks karena banyak yang harus dipahami. Oleh sebab itu mahasiswa harus membaca buku untuk meningkatkan literasi keuangan. Kondisi literasi keuangan di NTB masih sangat rendah. Padahal cara pandang tentang kemandirian secara ekonomi dan bisnis harus dimulai dengan memahami literasi tentang keuangan.
Sekali lagi Gubernur meminta agar mahasiswa termasuk jurnalis untuk memahami instrumen finansial dan sistem ekonomi agar dapat memanfaatkan peluang membangun kesejahteraan setidaknya bagi dirinya sendiri.
“Literasi keuangan itu bicara aset, modal, investasi, liability, wakaf, dividen dan segala sesuatu tentang instrumen ekonomi yang mendukung dalam membangun kemandirian bisnis”, jelas Gubernur.
Oleh karena itu, ia berharap “buta huruf” soal keuangan ini menjadi momentum gerakan membangkitkan literasi keuangan terutama dikalangan muda dan diajarkan di sekolah sekolah agar dapat bersaing dalam ekonomi global. (ABG)