Mataram (NTB Satu) – Kementerian Pertanian memberi target penanaman kedelai ke pemerintah Provinsi NTB seluas 50.000 hektar tahun ini. Produksinya diharapkan bisa memenuhi kebutuhan para pengrajin tahu tempe serta untuk kebutuhan lainnya.
Seperti diketahui, para pengrajin tahu tempa se Indonesia mengeluhkan tingginya harga bahan baku kedelai impor yang sudah naik hingga di atas Rp1 jutaan perkuintal. Sebelumnya harga kedelai sekitar Rp600.000 perkuintal, lalu secara perlahan naik hingga mencapai harga Rp1,1 juta perkuintal.
Di sentra produksi tahu tempe di Pulau Jawa, pelaku industri tahu tempe bahkan sudah melakukan aksi mogok produksi sebagai bentuk protes tingginya harga kedelai dari luar negeri ini. Demikian juga di Kota Mataram, sudah ada tanda-tanda sejumlah pengrajin beralih pekerjaan ke sektor lainnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB, Muhammad Riadi mengatakan, Kementerian Pertanian juga merespon soal kesulitan ketersediaan bahan baku pembuatan tahu tempe ini.
“Kami sudah mengikuti pertemuan dengan Kementerian Pertanian melalui zoom dan NTB sudah diminta menanam kedelai seluas 50.000 hektar,” kata Muhammad Riadi kepada NTB Satu, Selasa 22 Februari 2022.
Secara nasional, tahun 2022 ini Kementerian Pertanian RI menargetkan tanam kedelai seluas 600.000 hektar di 14 provinsi di Indonesia. NTB, diberikan tugas menanam seluas 50.000 hektar yang terjadwal 10.000 hektar pada bulan April, 15.000 hektar bulan Mei, 15.000 hektar pada bulan Juni dan 10.000 hektar pada bulan Juli.
Riadi menambahkan, untuk mendukung produksi kedelai ini, Kementerian Pertanian memfasilitasi pembiayaan petani melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) Tani. Dengan luasan 50.000 hektar penugasan ke NTB, kebutuhan pembiayaannya mencapai Rp321 miliar. (ABG)