Bima (NTB Satu) – Dua meter setelah kuburan digali, warga Kelurahan Jatibaru Kecamatan Asakota, Kota Bima dikagetkan dengan temuan benda aneh. Karena mirip artefak kerajaan, membuat warga berasumsi benda benda itu berasal dari masa lampau yang sudah lama tertimbun.
Penemuan Rabu (15/9) lalu sekitar Pukul 10.00 Wita. Saat itu empat warga yang menemukan pertama kali Ibrahim, Rama, Ramlin dan Rasidin sedang menggali kubur untuk persiapan pemakaman warga setempat.
Proses menggali sudah sampai sekitar dua meter. Ibrahim yang masih di dasar kuburan melanjutkan menggali bagian pinggir untuk tempat dibaringkan mayit.
“Ada gumpalan kena cangkul. Saya kira kerikil. Langsung saya angkat,” kata Ibrahim dalam bahasa Bima, Kamis (16/9).
Setelah menggali lagi, ditemukan gumpalan benda warna keemasan membuatnya semakin penasaran. Awalnya menemukan berbentuk cincin, kemudian berbentuk gelang. Warga pun mengeluarkan benda benda itu dan dibawa ke permukaan.
Sebenarnya Ibrahim dkk ingin terus menggali. “Tapi kita sepakat tidak lanjutkan, karena tujuan kita menggali kuburan sudah selesai,” lanjut Ibrahim.
Kini benda benda tersebut menyedot perhatian warga Kota Bima dengan berdatangan ke lokasi. Rumah duka pun berubah jadi tempat warga menjawab rasa penasarannya.
Warga berspekulasi, tempat itu sebelumnya jadi tempat tinggal Ncuhi Banggapupa atau setara dengan penguasa wilayah. Benda benda itu diduga bagian dari artefak yang tersisa dari Ncuhi Banggapupa.
Terkait temuan itu, Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bima, Munawar Iwan mengaku sudah turun ke lokasi dan menggali informasi dari warga yang menemukan pertama kali.
Ia menyarankan warga tidak menjual atau memberikan benda itu ke orang lain, karena harus dulakukan penelitian oleh tim Arkelologi Bali.
“Kami sudah bersurat ke Balai Arkeologi Bali untuk datang memeriksa benda tersebut. Supaya bisa diketahui, apakah itu benda purbakala atau memang kebetulan benda biasa yang tertimbun,” kata Munawar menjawab ntbsatu.com.
Selebihnya ia tidak bisa menjelaskan asal usul benda dan dikaitkan dengan masa pemerintahan kesultanan, karena harus menunggu hasil riset dari Tim Balai Arkeologi sebagai pihak yang punya keahlian melakukan analisis. (red)