ADVERTORIAL

Distanbun NTB Evaluasi Sumber Benih Kelapa Dalam Unggul Lokal

Mataram (NTB Satu) – Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melakukan evaluasi kelayakan kebun sumber benih kelapa dalam unggul lokal. Evaluasi ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Lombok Utara.

Dalam rangka mendukung pembangunan program perkebunan, maka perlu dilakukan kegiatan pengawasan sumber benih berupa evaluasi kelayakan kebun sumber benih kelapa dalam yang bertujuan untuk mengetahui potensi ketersediaan benih kelapa dalam unggul lokal di wilayah Kabupaten Lombok Utara.

Karena kualitas benih yang digunakan merupakan salah satu faktor penting untuk keberhasilan pembangunan perkelapaan di Indonesia.

Evaluasi kelayakan kebun bertujuan untuk menilai kelayakan kebun dilihat dari aspek kondisi kebun, kondisi tanaman, kemurnian genetik, kesehatan tanaman. Kemudiab jumlah populasi tanaman sesuai penetapan, luasan areal pertanaman, jumlah populasi tanaman yang produktif, taksasi produksi entres per pohon per tahun, taksasi produksi benih seluruhnya per tahun.

Kegiatan evaluasi ini merupakan kelanjutan dari kegiatan pekan sebelumnya. Kegiatan ini diawasi langsung oleh Pengawas Benih Tanaman Perkebunan, M. Syahroni beserta Tim Teknis Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Provinsi NTB.

IKLAN

“Kamai mlakukan proses mapping lokasi kebun dan taging pohon induk terpilih dari kebun sumber benih kelapa dalam. Dalam rangka kegiatan evaluasi kebun, salah satu yang perlu dilakukan adalah mengukur ulang luasan kebun sumber serta memastikan kembali jumlah pohon induk terpilih pada areal tersebut,” kata Syahroni, Senin, 7 Agustus 2023.

Sebagai informasi, varietas kelapa dalam unggul lokal adalah benih kelapa unggul yang dihasilkan dari kebun Blok Penghasil Tinggi (BPT) yang telah ditetapkan dan mendapat Surat Keputusan Menteri Pertanian RI.

Blok Penghasil Tinggi (BPT) merupakan areal yang berisi sekelompok tanaman yang terpilih dan berproduksi tinggi. Namun, tidak semua kelapa yang ada di dalam BPT dapat digunakan sebagai benih.

Dalam sebuah BPT hanya dipilih beberapa tanaman kelapa saja (5 – 15 persen dari total luas kebun BPT) untuk menghasilkan benih terutama yang memiliki produktivitas tinggi yang disebut Pohon Induk Terpilih (PIT).

BPT memerlukan waktu yang lebih cepat karena tanamannya sudah stabil dan hanya untuk memenuhi kebutuhan penyediaan benih di daerah. (MYM)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button