Daerah NTB

BMKG : Musim Kemarau 2022 Dimulai April, NTB Waspada Bencana Kekeringan

Mataram (NTB Satu) – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Lombok Barat memprediksi peralihan angin monsun akan terjadi pada akhir Maret 2022. Setelah itu Monsun Australia akan mulai aktif sehingga musim kemarau 2022 di Indonesia diperkirakan umumnya akan dimulai pada bulan April 2022.

Sedangkan awal musim kemarau di 21 Zona Musim (ZOM) Provinsi NTB diprakirakan antara dasarian III Maret hingga dasarian III April 2022, untuk seluruh wilayah Nusa Tenggara Barat.

Untuk wilayah Pulau Lombok awal musim hujan berada pada rentang antara dasarian III Maret hingga dasarian III April 2022. Sedangkan untuk Pulau Sumbawa antara dasarian III Maret sampai dengan dasarian II April 2022.

Untuk sifat hujan musim kemarau 2022 pada 21 Zona Musim di NTB diprakirakan sebanyak 1 ZOM Atas Normal (AN), 18 ZOM Normal (N) dan 2 ZOM Bawah Normal (BN).

Terkait dengan hal itu, Kepala Stasiun Klimatologi Lombok Barat, Nuga Putrantijo, Kamis, 31 Maret 2022, melalui Press Release Prakiraan Awal Musim Kemarau Tahun 2022 mengatakan, puncak musim kemarau 2022 di wilayah NTB diprakirakan pada bulan Juli hingga Agustus 2022.

Dari kondisi dinamika atmosfer dan laut serta prakiraan musim kemarau 2022 di atas, perlu dicermati dan diwaspadai adanya potensi akan terjadinya bencana kekeringan.

“Mengingat periode musim kemarau di wilayah NTB normalnya bisa mencapai enam hingga tujuh bulan. Dan pada periode puncak musim kemarau, potensi curah hujan relatif sangat kecil,” terangnya.

Selanjutnya masyarakat diimbau untuk waspada terhadap dampak musim kemarau yaitu potensi terjadinya kebakaran hutan dan kekurangan air bersih. “Kita harus cari strateginya untuk menyimpan cadangan air menghadapi musim kemarau,” ujarnya.

Sementara itu, Koordinator Data dan Informasi Klimatologi Lombok Barat, Restu Patria Megantara memperkirakan, musim kemarau tahun 2022 akan lebih kering ketimbang kondisi 2 tahun sebelumnya.

Dengan demikian, ia mengingatkan agar semua pihak agar menyiapkan langkah antisipasi terhadap potensi bencana kekeringan di NTB. Sebab, jika di suatu wilayah secara 60 hari berturut-turut tidak turun hujan, maka penguapan akan terus terjadi dan berakibat terjadinya kekeringan.

“Untuk itu, kondisi embung dan sistem irigasi kita harus bagus untuk mengantisipasi kekeringan tersebut. Jangan hanya mengandalkan curah hujan,” terang Restu Patria. (DAA)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKLAN
Back to top button