Mataram (NTBSatu) – Dinas Kesehatan (Dikes) Kota Mataram merespons terkait dugaan malapraktik sunat massal dengan korban anak berusia lima tahun di Klinik Yarsi Mataram.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, dr. Emirald Isfihan menyayangkan jika benar terjadi malpraktek yang mencerminkan ketidakprofesionalan tenaga kesehatan dalam melakukan tugas medisnya.
Namun hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan terkait malapraktik yang terjadi pada klinik kesehatan tersebut.
“Belum ada sampai saat ini. Segera kami telusuri dulu,” ujarnya kepada NTBSatu, Selasa, 27 Agustus 2024.
Untuk mendapatkan perlindungan dan layanan bantuan lebih lanjut, dr. Emirald menyarankan keluarga korban segera melaporkan dugaan malapraktik sunat tersebut ke Dinas Kesehatan Kota Mataram.
“Pelaporan itu menjadi dasar kami untuk melakukan pengecekan informasi selanjutnya,” imbuhnya.
Kronoligi kejadian
Sebagai informasi, dugaan malapraktik di Klinik Yarsi Mataram terjadi pada DA, seorang anak berusia lima tahun tahun.
DA mengalami kesakitan serius dan bernanah pada bagian kelamin akibat salah potong saat mengikuti sunat massal tanggal 10 agustus 2024. Kegiatan tersebut terselenggara dalam rangka HUT RSI ke-46 bertempat Klinik Yarsi Mataram.
Ayah DA, Muh. Alifuddin mengatakan, dugaan luka di bagian vital milik anaknya mengalami luka karena ulah oknum perawat yang saat menjalani praktik. Ada daging kelamin DA yang ikut terpotong.
“Sejak awal saya sudah ragu dan bertanya, kenapa dalam sekali potongnya dan terkena gunting di bagian dagingya, ini berakibat anak saya kesakitan dan benanah hingga di hari ke 14 ini,” katanya kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Menurut Alifuddin, sunatan massal yang Stikes Yarsi Mataram adakan bukan dilakukan petugas atau perawat yang profesional. Hal itu setelah Alifuddin melihat dari cara penanganannya.
Buntut salah potong itu, sang anak terpaksa menjalani operasi.
“Perawatnya yang tidak profesional, asal-asalan. Bayangkan terjadi salah potong yang mengakibatkan anak saya harus di operasi,” tegasnya.
Untuk mengantisipasi terjadinya hal serupa, dr. Emirald mengimbau sebaiknya memang bakti sosial seperti pengobatan atau sunatan melaporkan kegiatan ke dinas kesehatan atau puskesmas setempat.
“Untuk laporan ini apakah ada pemberitahuan terkait rincian kegiatannya. Saya cek dulu,” tukasnya.
Sementara perwakilan Klinik Yarsi NTB menepis adanya aktivitas malapraktik pada kegiatan sunat massal.
“Mohon maaf, tidak ada dugaan malapraktik di klinik kami,” kata salah satu admin Klinik Yarsi NTB yang namanya tak ingin disebut kepada NTBSatu melalui pesan WhatsApp, Minggu, 25 Agustus 2024.
Menyinggung cerita Alifuddin, lagi-lagi pihak Yarsi NTB mengaku tidak ada pemotongan daging terhadap korban DA. “Mohon maaf, tidak ada keterangan seperti itu,” kelitnya. (*)