Mataram (NTBSatu) – Provinsi NTB telah memasuki musim kemarau. Kendati demikian, Pemprov NTB belum menyiapkan dana Bantuan Tidak Terduga (BTT) dalam mempersiapkan diri menghadapi musim kering.
Kepala Pelaksana BPBD NTB, H. Ahmadi mengatakan, pihaknya belum mengajukan pengajuan BTT. Sebab, sampai saat ini, keadaan di NTB masih tergolong normal.
“Kami dapat mengajukan BTT apabila pemerintah kota dan kabupaten telah mengajukan surat permohonan yang menyatakan keadaan darurat,” ungkap Ahmadi ditemui di Pendopo Gubernur NTB, Senin, 13 Mei 2024 siang.
April jadi batas akhir musim penghujan. Sehingga, saat memasuki Mei, musim kemarau mulai rentan terjadi. Terlebih, para petani pun telah melangsungkan panen.
Namun, sampai saat ini, belum ada pemerintah kabupaten dan kota yang melayangkan surat ke Pemprov NTB untuk mengabarkan situasi darurat.
“Kami tidak bisa langsung mengajukan BTT tanpa ada permohonan dari pemerintah kota dan kabupaten. Kalau kami mengajukan, itu bisa berpotensi melanggar hukum,” terang Ahmadi.
Ahmadi memperkirakan puncak kemarau akan terjadi pada Juli 2024 mendatang. Berdasarkan pengalamannya, pada Juli, masyarakat terbiasa membutuhkan air dalam menghadapi kemarau.
Berita Terkini:
- Sosok Mantan Panglima TNI Try Sutrisno Pengusul Wapres Gibran Diganti
- Mutasi Pejabat Ditunda, Komunikasi Elite Pemprov NTB Dipertanyakan
- Netizen Lancarkan “Serangan” setelah Mobil Damkar Diminta Bayar Parkir saat Bertugas
- Ratusan Mahasiswa Tamsis Bima Bakal Diwisuda, Ada yang Lulus Hanya 3,5 Tahun
- Wagub NTB Umi Dinda Klarifikasi Penundaan Mutasi: Terkendala Rekomendasi Kemendagri
Berkaca dari tahun 2023, Pemprov NTB membutuhkan Rp100 miliar dalam mempersiapkan BTT untuk situasi darurat. Menurut Ahmadi, Rp100 miliar tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan air minum masyarakat.
Dipastikan akan ada sejumlah pihak yang membantu pemerintah dalam menghadapi kemarau, termasuk pihak swasta dan organisasi non—pemerintah. Sehingga, musim kemarau lebih mudah diatasi.
Ahmadi juga megungkapkan soal penggalian sumur bor. Ia menerangkan bahwa tidak seluruh tempat berpotensi mempunyai cekungan air tanah.
“Sehingga, sumur bor bukanlah solusi untuk semua daerah, terutama daerah yang tidak memiliki cekungan air tanah seperti Gili Tramena. Semoga tidak terjadi masalah yang terlalu berarti,” tandas Ahmadi. (GSR)