Mataram (NTBSatu) – Israel kini menghadapi lonjakan harga pangan dan sewa properti.
Kementerian Keuangan Israel baru-baru ini memperkirakan tingkat inflasi tahunan akan mencapai 3,3 persen pada akhir 2024, satu poin persen persentase lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya pada Januari 2024. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Israel diprediksi lebih rendah dari perkiraan sebelum perang, hanya sebesar 1,9 persen.
Sementara pada tingkat internasional, Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi mencatat Israel pada urutan keempat dalam hal inflasi harga makanan, dengan tingkat tahunan mencapai 5,35 persen. Angka itu jauh di atas rata-rata organisasi tersebut sebesar 4,8 persen dan jauh di atas rata-rata Eropa sebesar 1,5 persen.
Namun pemerintah Israel nampaknya tak menggubris soal fenomena kenaikan harga tersebut. Moshe Gafni, anggota Parlemen Israel, bahkan menyebut Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich dan Menteri Ekonomi Israel, Nir Barkat gagal total dalam menangani tingginya biaya hidup.
Pasalnya, sejumlah produsen makanan telah meningkatkan harga hingga 30 persen sejak Oktober 2023. Harga sewa properti yang mahal karena warga yang tinggal dekat perbatasan mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Di sisi lain, aktivitas impor turut mengalami hambatan lantaran serangan militan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Ditambah konflik perdagangan dengan Turki, yang membuat Ekonomi Israel semakin memburuk.
Berita Terkini:
- LIPSUS – Sudah Jatuh Tertimpa Gerbang, Nasib Mahasiswa Tergantung Isvie
- Tata Kelola Fasilitas Umum di NTB Disoroti KPK
- KPK Beberkan Penyelewengan Dana Pokir DPRD Kota Mataram
- KPK Temukan Praktik Ijon dan Dugaan Pokir Fiktif di DPRD NTB
- KPK Soroti Proses Audit di Inspektorat NTB
“Tidak ada respons apa pun dari pemerintah terkait kenaikan harga. Ketidakpedulian ini bisa memperparah lonjakan inflasi,” kata Idan Azoulay, Chief Investment Officer di Sigma Investment Group, dilansir dari Bloomberg, Rabu, 12 Juni 2024.
Sejak Oktober 2023, Israel telah membombardir Gaza dengan banyak serangsn. Hampir 37 ribu warga Palestina di Jalur Gaza terbunuh. Jutaan lainnya, hidup dalam kekurangan pangan dan masalah kesehatan.
Aksi Israel juga meluluhlantakkan ribuan banguan seantero Jalur Gaza. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan pemulihan wilayah Palestina tersebut akan membutuhkan waktu berpuluh-puluh tahun. (STA)