Mataram (NTBSatu) – Isu perempuan menjadi pemimpin kian mencuat di kalangan masyarakat NTB. Terlebih lagi, setelah salah satu figur perempuan mendeklarasikan diri akan maju sebagai Calon Gubernur NTB pada Pilkada 2024 mendatang.
Tak sedikit yang mengkritik langkah tersebut terutama di media sosial. Beragam komentar miring turut diutarakan netizen dalam berbagai postingan. Salah satunya akun Instagram @diannauwais di postingan NTBSatu beberapa waktu lalu.
“Maaf bu kalau masih ada laki-laki yang bisa dijadikan pemimpin, kenapa ibu harus maju,” tulisnya.
Merespons hal tersebut, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (Himmah NWDI) Lombok Timur, Abd. Kadir Djailani menilai, memang sosok pemimpin perempuan kurang populer di telinga masyarakat NTB.
Sehingga, hal ini selalu menjadi sajian hangat dalam setiap momentum politik, terlebih saat pemimpin perempuan mulai bermunculan di publik.
“Padahal jika kita membuka mata lebih luas, sejarah perjalanan bangsa ini tidak lepas dari kontribusi perempuan-perempuan hebat. Sebut saja, mulai dari RA. Kartini, Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, dan masih banyak lagi,” ungkapnya kepada NTBSatu, Jumat, 7 Juni 2024.
Selain itu, sosok pemimpin perempuan di republik ini pun sudah sangat lumrah. Entah yang memimpin di pemerintah pusat maupun daerah, seperti Megawati Soekarno Putri sebagai Presiden RI ke-5 dan Khofifah sebagai Gubernur Jawa Timur.
Berita Terkini:
- Survei Sitti Rohmi, Doktor Zul dan Lalu Iqbal, Siapa yang Unggul?
- Hadiri Program Sosialisasi Dinsos Kota Bima, Aji Rum: Pemberdayaan Masyarakat Kurangi Angka Kemiskinan
- Pembentukan BLUD di Puskesmas Diharap Perbaiki Sistem Layanan Kesehatan di Kota Bima
- Rakor Teknis Percepatan Penanggulangan TBC Asisten 1 Ikut Hadir
- Fokal IMM Soroti Potensi CSR dan Transparansi Perusahaan Tambang di NTB
“Bahkan, dari situ kita bisa melihat bahwa sosok pemimpin bukan direpresentasikan dari jenis kelamin. Melainkan dari sumbangsih bagi bangsa dan negara, serta tekadnya dalam melakukan pelayanan terbaik bagi masyarakat, demi tercapainya cita-cita bangsa yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4,” ujarnya.
Menurutnya, sangat disayangkan sekali jika perpolitikan ini hanya melihat sentimen jenis kelamin, yang merupakan kodrat dari Tuhan yang Maha Kuasa dan bersifat absolut.
“Bayangkan betapa ruginya kita semua mendiskreditkan potensi dan semangat gigih seseorang dengan hanya melihat bahwa dia adalah perempuan,” jelasnya.
Dirinya berharap, kini sudah tidak saatnya lagi bagi masyarakat NTB melihat pemimpin hanya pada sentimen jenis kelamin.
“Mari kita sama-sama menilai secara objektif, melalui hasil kerja-kerja nyata dan kebermanfaatan program-program untuk masyarakat luas,” pungkasnya. (JEF)