HEADLINE NEWSPolitik

Perindo Tanggapi Video Pernyataan TGB Terkait Klaim Keberpihakan pada Pilgub NTB

Mataram (NTBSatu) – Pernyataan Tuan Guru Bajang (TGB) KH. Muhammad Zainul Madji dalam podcast dengan salah satu media beberapa waktu lalu, jadi perbincangan.

Dari sejumlah pernyataan TGB dalam podcast tersebut, menimbulkan saling klaim soal arah dukungan Mantan Gubernur NTB dua periode itu ke paslon tertentu dalam Pilgub NTB 2024.

Perihal itu, Sekretaris DPW Perindo NTB, M. Nashib Ikroman menyampaikan, atas pernyataan TGB tersebut, nampaknya ada pihak yang sengaja melakukan Fait Accompli atau mengambil kesimpulan sepihak terhadap situasi tersebut.

Padahal pernyataan TGB dalam podcast tersebut, menurutnya tidak terdapat satu kalimat pun yang menyebut dukungan langsung terhadap Paslon tertentu.

“Saya memprotes sejumlah media yang ikut melakukan Faith Accompli tersebut,” kata Nashib dalam keterangan resminya, Senin, 4 November 2024.

Alasannya melayangkan protes tersebut, karena media punya kewajiban patuh pada kode etik dan prinsip penulisan jurnalistik.

IKLAN

“Beberapa media massa akhirnya mengubah judul pemberitaannya. Sebab, tidak ada alasan untuk bertahan, jika mengacu kaidah penulisan dan kode etik jurnalistik,” jelasnya.

Seharusnya, semua pihak menghormati sikap TGB yang pernah disampaikan langsung pada awal masa Pilkada, yakni tidak akan ikut-ikutan dalam urusan Pilgub NTB.

Namun, sepertinya ada pihak yang terus berupaya menarik tokoh NWDI itu dalam pusaran politik. Tujuannya, untuk kepentingan pribadi.

“Kita sudah mafhum, siapa pihak tersebut. Mungkin pihak tersebut sedang panik secara elektoral. Kita mafhum sajalah,” ujarnya.

NWDI Tidak Dukung Rohmi-Firin

Soal penegasan TGB mengenai sikap NWDI secara organisasi tidak mendukung Rohmi-Firin. Baginya, ini juga bukan hal baru. Sebab, TGB sudah menyampaikan pada jauh hari sebelumnya di media massa.

Hal ini juga sama bahwa H. Musyafirin selaku Ketua PC Nahdlatul Ulama Sumbawa Barat, tidak mendapat dukungan secara organisasi dari NU.

“Namun, dalam kasus ini, tokoh dan anggota ormas masing-masing, secara personal memberikan dukungannya, bukan secara kelembagaan. Alasan mendukung karena sesama NWDI atau NU juga adalah hal wajar,” terangnya.

Bagi pasangan Rohmi-Firin dan seluruh pejuang yang ada di dalamnya, garis tersebut ditunaikan optimal. Meskipun, Umi Rohmi sebagai Cagub adalah Ketua Muslimat NWDI.

Namun, tetap ikut garis, tidak menggunakan bendera atau struktur organisasi ketika melakukan kampanye. Bagi Umi Rohmi, perjuangan pokoknya adalah meneruskan perjuangan Almagfurullah Maualanayeikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.

“Perjuangan Agama dan Kebangsaan dalam satu tarikan nafas,” ucapnya.

Soroti Pilihan Politik TGB

Peneliti Hamzanwadi Institute itu juga menyoroti soal pilihan politik TGB, ketika menjawab pertanyaan dalam podcast tersebut. Di mana TGB hanya memberikan pandangan soal adanya urgensi kepemimpinan dua periode.

“TGB bicara substansi keberlanjutan. Substansi keberlanjutan adalah kemajuan daerah. Dia tidak bicara aktor yg melanjutkan,” jelasnya.

Menurutnya, hal ini wajar, karena berdasar refleksi TGB sendiri dua periode menjadi Gubernur. Sehingga, bisa menuntaskan sejumlah agenda dan dalam rangka kesinambungan pembangunan.

“Hal tersebut, tentu tidak serta merta bisa diartikan langsung sebagai bentuk dukungan. Apalagi langsung menjadi judul penulisan media massa,” ungkapnya.

Kemudian, soal dua periode kepemimpinan yang disampaikan TGB tentu saja debatable. Dalam konteks TGB sendiri juga demikian, relevan jika melihat sukses TGB memimpin NTB dua periode.

Namun, menjadi paradoks ketika dalam hal, TGB menghentikan langkah petahana H. Lalu Serinata yang baru satu periode memimpin.

Catatan atas paradoks tersebut adalah, TGB bijak dalam hal pentingnya keberlanjutan pembangunan, sejumlah agenda besar masa HL. Serinata dituntaskan. Bahkan, menjadi salah satu prioritas, misalnya pemindahan bandara dan RSU Provinsi NTB.

“Bahkan, dalam kasus RSUP, seluruh master plan hingga DED (detail engineering design) yang membuat Gubernur HL Serinata,” bebernya.

Namun, seperti paparan TGB dalam podcast tersebut, justru Gubernur pasca-TGB yang menelantarkan sejumlah program pokok selama ia memimpin.

Seperti, moslem friendly tourism yang sudah mendapat pengakuan dunia dan Islamic Center yang sudah menjadi ikon dan pusat kegiatan membangun peradaban masyarakat.

“Apakah tidak ada keberlanjutan di Rohmi-Firin? Mungkin terlalu klise dan mengada-ada untuk dijawab,” pungkasnya. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button