Mataram (NTBSatu) – Peneliti Media Ignatius Haryanto menilai, kemenangan Prabowo Subianto dalam pilpres versi hitung cepat beberapa lembaga survei dikhawatirkan mengancam kebebasan pers.
Ia mendasarkan hal itu pada rekam jejak Prabowo di masa lalu yang berulang kali menunjukkan watak antikritik saat berurusan dengan pers.
Misalnya, kerap menolak wawancara dengan media tertentu, terutama yang pernah mengkritiknya, serta pernah menandai sejumlah media yang kritis padanya.
“Ruang gerak pers bisa jadi akan lebih terbatas dan pembredelan media bisa saja terjadi kembali seperti di era Orde Baru,” jelasnya pada Kamis, 15 Februari 2024 dikutip dari BBC News Indonesia.
“Bredel ada kemungkinan itu akan dilakukan, karena saya kira juga kekuasaan hegemonik yang sudah ada oleh pemerintahan sekarang ini kan tinggal dilanjutkan dengan karakter yang lebih keras,” sambungnya.
Berita Terkini:
- Pasang Surut Hubungan Iran dengan Israel, dari Sekutu Jadi Musuh Abadi
- Tersangka ‘Kakak Jual Adik’ Bantah Tuduhan Walid Doraemon soal Suap ke LPA
- Ini 5 Capaian Besar Iran Meski dalam Sanksi Internasional
- Pengurus DPN ADKASI 2025-2030 Dilantik, Dewan Sumbawa Berlian Rayes Jadi Wasekjen Pemberdayaan Aparatur Negara
Prabowo disebut datang dari era Orde Baru yang menyuburkan pembungkaman pers dan punya relasi dengan keluarga Cendana.
Sebagai catatan, Prabowo adalah mantan suami Siti Hediati Hariyadi alias Titiek, putri kedua mantan presiden otoriter Soeharto.
“Saya kira rezim-rezim otoriter itu kan selalu melakukan cara-cara untuk membungkam. Jadi saya kira memang kita bisa agak khawatir dengan situasi ini,” kata Ignatius.
Sasmito Madrim, ketua umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI), juga mengatakan hal yang sama.