ADVERTORIALDiskominfotik NTB

Sektor Pertanian dan Peternakan Jadi Tulang Punggung Ekonomi Desa Kelanir

Jakarta (NTBSatu) – Desa Kelanir di Kecamatan Seteluk, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), menampilkan potret desa yang asri, tenang, dan menyejukkan.

Selain terkenal dengan keindahan alamnya, desa ini juga menjadi contoh kemajuan pelayanan publik berbasis digital di wilayah perdesaan.

Mengutip tayangan YouTube KKN Desa Kelanir 2025, desa yang memiliki luas wilayah mencapai 2.015,22 hektare ini dihuni oleh sekitar 1.800 penduduk yang terdiri dari 581 Kartu Keluarga (KK).

Desa ini tersebar di lima dusun, yaitu Dusun Lawang Desa, Dusun Kelanir, Dusun Rigalu, Dusun Sedong Atas, dan Dusun Sedong Bawah. Warga Kelanir dikenal hidup rukun, ramah, dan menjunjung tinggi nilai kebersamaan.

Kepala Desa Kelanir, Muslihin menyampaikan, sebagian besar warga menggantungkan hidup dari sektor pertanian dan peternakan.

“Warga kami di Desa Kelanir rata-rata atau 90 persen berprofesi sebagai petani dan peternak,” ujar Muslihin dalam tayangan YouTube tersebut.

Inovasi Pelayanan Desa

Selain kemandirian di bidang ekonomi, Desa Kelanir juga menunjukkan kemajuan melalui inovasi digital dalam pelayanan publik.

Pemerintah Desa Kelanir mengembangkan sistem SIPSEKER (Sistem Pelayanan Surat Keterangan). Sebuah platform digital yang mempermudah masyarakat dalam pengurusan surat keterangan dan pengaduan administrasi.

Mengutip laman resmi Brida KSB, sistem ini mampu mengolah data penduduk, memproses permohonan surat secara daring, serta menghasilkan surat keterangan dengan barcode sebagai bukti keaslian dokumen.

Berdasarkan hasil uji blackbox, sistem SIPSEKER terbukti berjalan baik dan efisien. Tak hanya itu, inovasi ini juga memiliki fitur E–Complain sebagai media kritik dan saran dari masyarakat.

Melalui fitur tersebut, Pemerintah Desa Kelanir membuka ruang partisipasi publik agar sistem terus berkembang dan dapat memberikan pelayanan yang lebih inklusif.

Tanggapan Pemprov NTB

Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat sektor-sektor potensial daerah, seperti pertanian, kelautan, pariwisata, dan sejumlah sektor lainnya.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi NTB, Iswandi mengatakan, setiap sektor memiliki peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Termasuk pada skala desa.

Dalam RPJMD pemerintah daerah telah menetapkan arah pemgembangan sektor-sektor potensial melalui program unggulan agromaritim, yang fokusnya untuk membentuk ekosistem industri agromaritim dari hulu ke hilir. Prioritas dukungan untuk menguatkan swasemenda pangan, serta hilirisasi dan industri pengolahan.

“Sektor-sektor potensial tetap menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat kita. Pemerintah terus memberikan dukungan, misal pada sektor pertanian, seperti mulai dari penyediaan benih unggul, pupuk, hingga fasilitasi pemasaran hasil panen,” ujarnya.

Langkah ini, lanjut Iswandi, sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi daerah yang berkelanjutan dan berbasis potensi lokal.

“Masing-masing daerah, tentu memiliki potensi pada sektor yang berbeda-beda. Itu yang akan kita upayakan untuk terus dikembangkan,” ujarnya.

Selain pertanian, sektor kelautan juga menjadi fokus. Termasuk pariwisata. Menjadi program unggulan NTB Pariwisata Berkualitas yang arah pengembangannya terintegrasi dengan pariwisata Bali dan NTT. Sehingga, memperkuat sisi konektivitas logistik maupun mobilitas orang atau penumpang.

“Dengan demikian standar destinasi yang ada di NTB mesti mengikuti standar-standar yang berlaku secara internasional karena Bali menjadi hub pariwisata internasional,” ujarnya.

“Semua sektor ini saling terkait. Jika kita kuatkan bersama, maka dampaknya akan luas, bukan hanya bagi ekonomi daerah, tapi juga kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.

Pemerintah provinsi juga mendorong kolaborasi antara pemerintah kabupaten/kota, pelaku usaha, dan masyarakat untuk memperkuat rantai nilai di setiap sektor.

“Melalui pendekatan ini, diharapkan pertumbuhan ekonomi NTB tidak hanya bertumpu pada satu sektor, tetapi lebih merata dan berkelanjutan,” ujarnya. (*)

Alan Ananami

Jurnalis NTBSatu

Berita Terkait

Back to top button