ADVERTORIALDiskominfotik NTB

Infrastruktur Diperkuat, Kades Tambak Sari Puji Gubernur NTB Bangun Jalan Poto Tano – Seteluk

Jakarta (NTBSatu) – Pemerintah Provinsi NTB terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat infrastruktur di wilayah Pulau Sumbawa.

Salah satunya, melalui pembangunan ruas jalan Poto Tano – Simpang Seteluk di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) sepanjang 3,5 kilometer. Adapun total anggaran proyek tersebut mencapai Rp32,6 miliar bersumber dari APBD Provinsi NTB Tahun 2025.

Kepala Desa (Kades) Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Tambak Sari, Suhardi menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih kepada Gubernur NTB, Lalu Muhammad Iqbal atas perhatian dan intervensinya dalam memperjuangkan pembangunan jalan strategis tersebut.

“Kami atas nama pemerintah desa dan masyarakat Tambak Sari mengucapkan terima kasih kepada Bapak Gubernur NTB, atas intervensi anggaran. Sehingga, pelaksanaan rekonstruksi ruas jalan Poto Tano – Seteluk ini dapat berjalan dengan baik,” ujar Suhardi dalam sebuah video yang NTBSatu terima, Kamis, 6 November 2025.

Ia menambahkan, keberadaan jalan tersebut sangat penting bagi mobilitas masyarakat dan peningkatan aktivitas ekonomi di wilayahnya.

“Harapan kami, kelanjutan dari penataan dan rekonstruksi jalan ini dapat memberikan akses transportasi yang lebih layak bagi masyarakat, yang masuk ke wilayah Kabupaten Sumbawa Barat,” ujarnya.

Suhardi juga menegaskan, ruas jalan Poto Tano – Simpang Seteluk merupakan pintu gerbang utama KSB. Sehingga, kondisi jalannya yang baik menjadi simbol wajah daerah.

“Sekali lagi kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Bapak Gubernur NTB mewakili seluruh masyarakat Tambak Sari. Semoga beliau senantiasa sehat dan panjang umur,” tutup Suhardi.

Profil dan Potensi Desa Tambak Sari

Desa Tambak Sari merupakan salah satu dari delapan desa yang berada di wilayah Kecamatan Poto Tano, KSB. Tambak Sari sebagai salah satu desa induk terbentuknya kecamatan tersebut.

Berdasarkan keterangan dalam laman resmi Pemerintah Desa Tambak Sari, desa ini memiliki sejarah panjang yang berawal dari kawasan Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) pada tahun 2000.

Nama “Tambak Sari” sendiri memiliki makna yang lahir dari dua unsur cerita berbeda — “Tambak” dan “Sari”. Kata “Tambak” berasal aktivitas tambak udang, yang pada masa itu menjadi usaha terbesar dan satu-satunya mata pencaharian utama masyarakat setempat.

Tambak udang bahkan disebut sebagai produk unggulan wilayah tersebut, dan menjadi simbol ekonomi masyarakat Desa Tambak Sari sejak awal berdirinya.

Sementara itu, kata “Sari” berasal dari legenda masyarakat lokal tentang seorang putri cantik dari Kerajaan Seran bernama Putri Sari.

Menurut kisah yang hidup di tengah warga, sang putri diasingkan ke wilayah pegunungan dekat Batu Pisak karena menderita penyakit menular. Setelah wafat, makamnya dipercaya berada di Gunung Sari, yang kini dikenal warga sebagai Gunung Sare atau Olat Sare.

Sebelum menjadi desa definitif, kawasan ini berada di wilayah Desa Senayan, Kecamatan Seteluk, yang pada tahun 1997 menjadi lokasi berdirinya perusahaan Sekar Abadi Jaya (SAJ).

Perusahaan ini mengelola tambak udang rakyat dengan sistem karyawan. Seiring waktu, masuknya program transmigrasi tahun 2000 mengubah pola tambak rakyat menjadi Tambak Udang Transmigrasi (TIR Trans).

Setelah kedatangan para transmigran, pemerintahan desa mulai terbentuk. Pada tahun 2000, masyarakat menggelar pemilihan kepala desa pertama yang kala itu disebut KORADES.

Dari hasil pemilihan tersebut, Ahmad HS terpilih sebagai Kepala Desa Tambak Sari pertama, sekaligus menandai awal berdirinya pemerintahan resmi desa.

Tanggapan Pemprov NTB

Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat sektor-sektor potensial daerah, seperti pertanian, kelautan, pariwisata, dan sejumlah sektor lainnya.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi NTB, Iswandi mengatakan, setiap sektor memiliki peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Termasuk pada skala desa.

Dalam RPJMD pemerintah daerah telah menetapkan arah pemgembangan sektor-sektor potensial melalui program unggulan agromaritim, yang fokusnya untuk membentuk ekosistem industri agromaritim dari hulu ke hilir. Prioritas dukungan untuk menguatkan swasemenda pangan, serta hilirisasi dan industri pengolahan.

“Sektor-sektor potensial tetap menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat kita. Pemerintah terus memberikan dukungan, misal pada sektor pertanian, seperti mulai dari penyediaan benih unggul, pupuk, hingga fasilitasi pemasaran hasil panen,” ujarnya.

Langkah ini, lanjut Iswandi, sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi daerah yang berkelanjutan dan berbasis potensi lokal.

“Masing-masing daerah, tentu memiliki potensi pada sektor yang berbeda-beda. Itu yang akan kita upayakan untuk terus dikembangkan,” ujarnya.

Selain pertanian, sektor kelautan juga menjadi fokus. Termasuk pariwisata. Menjadi program unggulan NTB Pariwisata Berkualitas yang arah pengembangannya terintegrasi dengan pariwisata Bali dan NTT. Sehingga, memperkuat sisi konektivitas logistik maupun mobilitas orang atau penumpang.

“Dengan demikian standar destinasi yang ada di NTB mesti mengikuti standar-standar yang berlaku secara internasional karena Bali menjadi hub pariwisata internasional,” ujarnya.

“Semua sektor ini saling terkait. Jika kita kuatkan bersama, maka dampaknya akan luas, bukan hanya bagi ekonomi daerah, tapi juga kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.

Pemerintah provinsi juga mendorong kolaborasi antara pemerintah kabupaten/kota, pelaku usaha, dan masyarakat untuk memperkuat rantai nilai di setiap sektor.

“Melalui pendekatan ini, diharapkan pertumbuhan ekonomi NTB tidak hanya bertumpu pada satu sektor, tetapi lebih merata dan berkelanjutan,” ujarnya. (*)

Alan Ananami

Jurnalis NTBSatu

Berita Terkait

Back to top button