Petani di Lombok Timur Nilai MBG Belum Beri Dampak Penyerapan dan Perbaikan Harga
Lombok Timu (NTBSatu) – Sejumlah petani di Lombok Timur merasa belum mendapat manfaat signifikan dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang diinisiasi Presiden Prabowo.
Mereka menilai inisiatif tersebut belum memberikan dampak penyerapan hasil tani secara langsung. Para petani mengungkapkan, dapur Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) belum membeli komoditas mereka untuk memenuhi kebutuhan gizi siswa.
Seorang petani asal Pringgasela menjelaskan alur penjualannya saat ini. Ia masih menyalurkan hasil panen kepada pengepul, yang kemudian menjualnya lagi ke SPPG.
Ia menegaskan, dapur MBG belum melakukan pembelian langsung dari petani ataupun memberikan pembinaan. Ia sangat berharap, pengelola MBG memberikan bimbingan komoditas tanam yang spesifik sesuai kebutuhan program.
Ia meminta pengelola MBG membina petani lokal secara langsung. Menurutnya, pembinaan pola tanam akan mempermudah penyerapan hasil tani tanpa harus melewati perantara.
Skema ini ia yakini akan menyederhanakan rantai pasok dan menguntungkan petani. “Semoga ada pembinaan terkait sayur apa yang harus ditanam untuk kebutuhan MBG. Supaya kita bisa ikuti kebutuhannya,” katanya, Jumat, 24 Oktober 2025.
Harapan serupa datang dari petani asal Kecamatan Lenek, yang ingin MBG membeli bahan dasar langsung agar petani mendapatkan potensi harga jual lebih tinggi.
“Kalau langsung ke MBG siapa tau harga jual kita bisa lebih tinggi tanpa perantara,” ucapnya.
Tanggapan Dinas Pertanian
Menanggapi keluhan ini, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur, Lalu Kasturi memberikan jaminan. Ia mengklaim produksi padi dan sayuran di wilayahnya sangat melimpah. Stok tersebut, tegasnya, siap mendukung berapapun kebutuhan program MBG.
Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur berjanji akan menjembatani rantai produksi petani, agar dapat terhubung langsung ke dapur MBG.
Kasturi memandang program MBG sebagai peluang pasar yang pasti bagi para petani. Ia menjelaskan, tugas dinasnya adalah mendorong petani meningkatkan produksi semaksimal mungkin.
Selain itu, pemerintah juga memiliki kewajiban moral untuk membuka akses pasar bagi hasil panen mereka. Ia menambahkan, program ini tidak hanya meningkatkan gizi siswa tetapi juga menggerakkan sirkulasi ekonomi masyarakat dari tingkat bawah. (*)



