2 Warga Meninggal Diduga Akibat Kelalaian Puskesmas, Dikes Hanya Berikan Teguran

Lombok Timur (NTBSatu) – Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur bergerak cepat menyikapi sorotan publik atas meninggalnya dua warga di Puskesmas Sukaraja dan Puskesmas Montong Betok. Kasus ini memicu kritik keras masyarakat yang menilai pelayanan medis di puskesmas lalai menangani pasien. Namun sejauh ini otoritas dinas setempat baru sebatas memberikan teguran.
Kepala Dinas Kesehatan Lombok Timur, Pathurrahman, menegaskan pihaknya tidak tinggal diam menyikapi dua kasus tersebut.
Ia mengingatkan tenaga kesehatan agar terus meningkatkan keterampilan dan pengetahuan sekaligus memperbaiki sikap saat memberikan pelayanan.
“Yang paling penting, tenaga medis harus menata komunikasi dan keramahan agar pasien serta keluarga merasa terlayani,” ucapnya, Kamis, 11 September 2025.
Senada, Kepala Bidang Pelayanan Dinkes Lotim, Aries Fahrozi, menambahkan bahwa pihaknya sudah melayangkan teguran kepada tenaga kesehatan melalui pimpinan puskesmas.
Ia menekankan perlunya evaluasi rutin kepada staf agar mampu menangani pasien secara maksimal.
“Kami minta tenaga jaga di puskesmas lebih sigap dan terampil. Pola jaga juga harus diatur ulang agar layanan lebih optimal,” ujarnya.
Fahrozi mengakui faktor komunikasi menjadi titik lemah yang menimbulkan kesalahpahaman antara petugas medis dan keluarga pasien.
Ia menekankan pentingnya sikap ramah setelah penanganan medis agar tidak menimbulkan kekecewaan masyarakat.
Dua Kasus Pilu
Kasus pertama menimpa bayi Ahmad Al Farizi Arham (3 bulan 20 hari), warga Dusun Batu Nampar Malaka, Desa Batu Nampar Selatan. Keluarga membawa bayi tersebut ke Puskesmas Sukaraja pada 5 September 2025 malam dengan kondisi kritis.
Keluarga menuding puskesmas tidak memberikan penanganan darurat, bahkan menyatakan obat sirup tidak tersedia dan dokter tidak ada di tempat. Keesokan harinya, mereka memboyong bayinya ke rumahnya, namun akhirnya meninggal di RS Patuh Karya Keruak.
Kepala Puskesmas Sukaraja, Muksan Efendi, membantah tudingan kelalaian. Ia menjelaskan bahwa petugas sudah menyarankan agar pasien langsung rujuk ke RS Patuh Karya karena usia bayi berisiko tinggi gagal pemasangan infus.
Namun, keluarga memilih mencari obat sirup di apotek dan tidak langsung menuju rumah sakit. “Kami sudah arahkan ke RS, hanya saja keluarga tidak segera membawa pasien ke sana,” tegasnya.
Kasus kedua terjadi di Puskesmas Montong Betok, Kecamatan Montong Gading. Seorang pasien lansia bernama Sukmin (65) meninggal dunia pada 8 September 2025 usai keluarga mengaku mendapat penolakan layanan karena ruang perawatan penuh.
Mereka bahkan terpaksa membawa pasien dengan mobil pick-up tetangga setelah permintaan penggunaan ambulans puskesmas pun mendapat penolakan.
Keluarga korban mengecam sikap tenaga medis, sementara warga sekitar mendesak evaluasi total terhadap puskesmas tersebut.
Menanggapi tudingan itu, Kepala Puskesmas Montong Betok, Syaiful Idris, menyatakan bahwa tenaga medis tetap memberikan pelayanan sesuai prosedur.
Ia mengungkapkan ruang UGD dan rawat inap saat kejadian memang penuh, namun pihaknya sudah menyiapkan surat rujukan ke rumah sakit.
Tragedi ini memicu gelombang kritik masyarakat, baik di lapangan maupun di media sosial. Warga berharap Pemerintah Kabupaten Lombok Timur dan Dinas Kesehatan memperbaiki mutu layanan kesehatan di seluruh puskesmas agar tidak ada lagi korban nyawa akibat dugaan kelalaian. (*)