Bayi di Lombok Timur Meninggal Diduga Akibat Puskesmas Tak Sediakan Penanganan dan Obat

Mataram (NTBSatu) – Tragedi menimpa keluarga Suhirman, warga Dusun Batu Nampar Malaka, Desa Batu Nampar Selatan, Lombok Timur. Bayi mereka bernama Ahmad Al Farizi Arham yang berusia 3 bulan 20 hari meninggal dunia setelah diduga tidak mendapat penanganan medis memadai di Puskesmas Sukaraja.
Menurut keterangan keluarga, mereka membawa bayi tersebut ke Puskesmas Sukaraja pada Sabtu, 5 September 2025 sekitar pukul 21.00 Wita karena kondisi kesehatannya memburuk.
Namun, tenaga medis di puskesmas hanya menyatakan tidak tersedia obat sirup dan tidak ada dokter jaga. Perawat bahkan hanya memegang tangan bayi tanpa melakukan pemeriksaan lanjutan.
Ayah korban kemudian mencari obat sirup ke apotek terdekat. Lalu membawa pulang anaknya tanpa arahan atau rekomendasi rujukan dari pihak puskesmas.
Situasi semakin parah pada Minggu dini hari, 6 September 2025 sekitar pukul 01.30 Wita. Saat keluarga melarikan Ahmad Al Farizi ke Rumah Sakit Patuh Karya Keruak, ia telah meninggal dunia.
Keluarga korban menilai puskesmas lalai dalam memberikan pelayanan kesehatan, terlebih kasus tersebut menyangkut nyawa bayi.
Warga sekitar pun mempertanyakan kualitas pelayanan medis di Puskesmas Sukaraja. Mereka menyayangkan tidak adanya upaya penanganan darurat ataupun rujukan resmi dari pihak puskesmas.
“Pasien hanya dibiarkan pulang begitu saja dengan alasan tidak ada sirup dan dokter. Padahal kondisi bayi semakin kritis,” ujar salah satu kerabat keluarga.
Penyanggahan Pihak Puskesmas
Kepala Puskesmas Sukaraja, Muksan Efendi, membantah tudingan bahwa pihaknya tidak memberikan pelayanan. Ia menegaskan bayi Ahmad tidak meninggal di puskesmas. Melainkan di Rumah Sakit Patuh Karya Keruak.
Menurut Muksan, bayi tersebut datang sekitar pukul 21.00 Wita dengan keluhan muntah dan diare. Setelah petugas piket memeriksa korban, mereka menyarankan keluarga agar membawanya ke RS Patuh Karya. Karena kondisi pasien berusia 3 bulan berisiko tinggi gagal dipasangi infus.
“Petugas khawatir karena usia masih tiga bulan. Makanya diarahkan ke rumah sakit agar bisa mendapat cairan dan penanganan maksimal,” jelas Muksan.
Namun, sambungnya, pihak keluarga tetap meminta obat sirup. Karena bukan sirup yang pasien tersebut butuhkan, petugas menyatakan tidak tersedia obat jenis tersebut di UGD.
Setelah itu, keluarga memilih mencari sirup di apotek H. Amir dan tidak langsung membawa bayi ke rumah sakit. Melainkan membawanya pulang terlebih dahulu.
“Jadi, kronologisnya di puskesmas jelas, pasien sudah disarankan ke rumah sakit. Hanya saja keluarga tidak langsung membawa ke RS Patuh Karya, tapi pulang dengan membawa sirup. Itu yang perlu diluruskan,” tegas Muksan.