Bupati Jarot: Tradisi “Male dan Sangga” Wujud Syukur dan Kebersamaan dalam Peringatan Maulid Nabi

Sumbawa Besar (NTBSatu) – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kabupaten Sumbawa berlangsung meriah dengan rangkaian pawai sarembang munit adat male dan sangga.
Pawai mulai dari Lapangan Pahlawan dan puncak acara di Masjid Agung Nurul Huda, Kamis, 11 September 2025.
Acara ini mengangkat tema “Memperkuat Adat, Menjaga Tradisi dan Menyemai Keteladanan Rasul, Menuju Sumbawa Maju Unggul Sejahtera.”
Hadir dalam peringatan Maulid Nabi ini, Bupati Sumbawa Syarafuddin Jarot, Wakil Bupati Sumbawa Mohamad Ansori.
Pimpinan dan anggota DPRD, Sekretaris Daerah, Forkopimda, asisten sekda, hingga ASN di lingkungan Pemkab Sumbawa dan masyarakat Sumbawa.
Dalam sambutannya, Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot, mengajak masyarakat untuk terus mensyukuri nikmat Allah SWT. Dengan terus melestarikan tradisi khas daerah yang selalu mewarnai peringatan Maulid Nabi, yakni male dan sangga.
“Luar biasa meriahnya pawai sarembang munit adat kita. Insya Allah tradisi ini akan terus kita lestarikan. Tahun-tahun mendatang kita akan memperbanyak hasil bumi yang tergantung di sangga sebagai simbol rasa syukur atas limpahan rezeki Allah,” katanya.
Bupati menegaskan, peringatan Maulid Nabi ini menjadi pengingat dan teladan dalam kehidupan sehari-hari.
Rasulullah SAW, kata dia, lahir di tengah kegelapan perpecahan, dan ketidakadilan, namun mampu membangun peradaban yang mulia dengan akhlak terpuji.
“Semangat itu yang harus kita bawa dalam membangun Sumbawa dengan iman, takwa, dan sumber daya manusia yang unggul. Kita ingin petani, nelayan, peternak, dan UMKM maju, sehingga masyarakat sejahtera,” ucapnya.
Ia mengajak seluruh masyarakat memperbanyak sholawat, meningkatkan iman dan takwa, serta menanamkan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
“Doa kita, semoga Sumbawa menjadi kabupaten baldatun thayyibatun warabbun ghafur, daerah yang subur makmur, penduduknya berakhlak mulia, dengan keseimbangan pembangunan jasmani dan rohani, serta selalu dalam rahmat dan karunia Allah SWT,” pungkasnya.
Tentang Tradisi Male

Sebagai informasi, male merupakan tradisi membawa aneka makanan, kue, dan hasil bumi. Lengkap dengan berbagai pernak pernik hiasan, lantas dibawa ke Masjid. Warga kemudian membagikan makanan itu sebagai suguhan bersama jamaah.
Sedangkan sangga merupakan hiasan besar berbentuk menara atau piramida yang dipenuhi hasil bumi, seperti pisang, pepaya, mangga, dll.
Sangga ini dipikul beramai-ramai dalam pawai menuju masjid, lalu hasilnya dibagikan kepada masyarakat.
Menurutnya, male dan sangga bukan sekadar hiasan, tetapi wujud syukur yang diwariskan turun-temurun, sekaligus potret masyarakat Sumbawa yang memegang falsafah adat berenti ke sara, sara berenti ke kitabullah.
“Kita juga punya semboyan takit ko nene, kangila boat lenge, yang menjadi pedoman hidup masyarakat,” pungkasnya. (*)