Daerah NTBPendidikan

Warganet Soroti Ormas di NTB, Sebut Guru dan Dosen Digaji Ala Kadarnya

Mataram (NTBSatu) – Sebuah video TikTok yang menyoroti masalah gaji guru dan dosen di NTB berhasil memicu perdebatan publik. Video tersebut berasal dari akun @layar_hijau, yang menampilkan sosok pria yang menyampaikan kritiknya.

Pria itu mengaku sebagai kritikus media sekaligus warga NTB yang bernama Bung Adhe. Ia prihatin terhadap kondisi pendidikan di daerahnya.

Dalam unggahan itu, Bung Adhe menyampaikan kritik keras terhadap organisasi masyarakat (ormas) yang mendirikan sekolah maupun perguruan tinggi swasta tanpa dukungan finansial memadai.

“Untuk ormas-ormas agama di NTB, jangan seenaknya mendirikan sekolah dan perguruan tinggi swasta. Kalau enggak mampu gaji guru dan dosen, serta hanya memanfaatkan pelajar untuk komoditas bisnis,” tegasnya

Lebih lanjut, Bung Adhe menyebut fenomena tersebut sebagai bom waktu bagi masa depan pendidikan.

IKLAN

Ia menilai banyak tenaga pendidik menerima gaji ala kadarnya bahkan kerap mengalami keterlambatan pembayaran. Menurutnya, kondisi itu sebagai bentuk eksploitasi yang berkedok perjuangan sosial.

“Guru dan dosen digaji ala kadarnya, bahkan kerap telat dibayar bulanan. Sementara para pengelola bersembunyi di balik jargon perjuangan dan amal. Ini bukan lagi soal nirlaba, tapi sudah menjadi bentuk pemerasan terselubung,” tambahnya.

Tanggapan warganet

Pernyataan terkait Ormas di NTB tersebut langsung menyita perhatian warganet. Banyak yang mendukung pandangan Bung Adhe sekaligus membagikan pengalaman pribadi mereka selama menempuh pendidikan.

Seorang pengguna TikTok bernama @babo__283 menulis, “Dosen saya gak digaji sudah 8 bulan, imbas ke mahasiswa yang jarang masuk akibat dosen malas karna gak digaji, kampus gak pernah di renovasi, apalagi fasilitasnya kurang bahkan gak ada, padahal SPP jalan terus kemana semua uang tersebut? Kami demo dikatain gak taat guru, sementara mereka memakan, mengambil hak kami.”

Komentar serupa juga menyoroti kondisi fasilitas pendidikan di bawah pengelolaan salah satu organisasi besar di NTB.

IKLAN

“Asli miris, sudah jadi rahasia umum bahwa organisasi terbesar di NTB yang justru kerap banyak ketimpangan yang dilakukan. Contoh saja, fasilitas pendidikan seperti gedung untuk belajar rata-rata bangunannya belum jadi padahal realitanya sering sekali ada open donasi terkait dengan pembangunan. Lalu bagaimana manajemen pengelolaan keuangannya? Sedangkan bayaran bulanan santri juga terbilang cukup mahal, sedangkan fasilitas gedung belajar saja sampai berpuluh-puluh tahun tidak juga selesai dibangun,” tulis akun @santiii271

Fenomena ini menunjukkan keresahan publik terhadap praktik pendidikan yang dianggap mengutamakan bisnis dibandingkan kualitas.  (*)

Berita Terkait

Back to top button