Pemerintahan

Ajudan Gubernur Kaltim Diduga Intimidasi Wartawan, Klarifikasi Pemprov Tuai Kritik

Mataram (NTBSatu) – Sebuah insiden yang melibatkan ajudan Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi sorotan publik, setelah diduga mengintimidasi wartawan saat liputan di Kantor Gubernur.

Saat para jurnalis melakukan doorstop, seorang ajudan perempuan Gubernur Kaltim tiba-tiba mendekati wartawan dan meminta agar sesi wawancara berhenti.

Dalam video yang kemudian tersebar luas di media sosial, ajudan itu terdengar beberapa kali mengatakan, “Sudah, sudah, mas, mas, tandai, tandai,” dengan nada mendesak.

Rekaman momen tersebut diunggah ulang oleh akun TikTok @inilah.com pada Rabu, 23 Juli 2025 dan langsung menjadi viral. Ribuan tanda suka dan ratusan komentar memenuhi unggahan tersebut.

Banyak pengguna media sosial mengecam sikap ajudan tersebut, menilai tindakan menghalangi wawancara merupakan bentuk pembungkaman terhadap kebebasan pers.

IKLAN

“Risiko pemimpin untuk di wawancara, hak wartawan untuk mewawancara. Tidak boleh membungkam,” komentar akun @_sondesheep.

Netizen berpendapat, wawancara terhadap pejabat publik adalah bagian dari risiko jabatan. Serta, menjadi hak wartawan untuk mencari informasi secara terbuka.

Mereka menilai, upaya menghentikan pertanyaan dari wartawan mencerminkan sikap tidak menghargai tugas jurnalistik. Padahal berperan penting dalam menjamin keterbukaan informasi kepada masyarakat.

Klarifikasi Pemerintah Provinsi Kaltim

Merespons kegaduhan tersebut, Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setda Provinsi Kalimantan Timur, Syarifah Alawiyah menyampaikan klarifikasi.

Ia mengaku menyaksikan langsung peristiwa itu dan menjelaskan, tindakan sang ajudan karena situasi Gubernur yang tengah kelelahan dan terburu waktu menuju agenda berikutnya.

IKLAN

Gubernur disebut belum sempat makan dan bahkan tidak bisa menjalankan salat, karena harus mengikuti agenda Zoom yang ia tidak bisa tinggalkan.

“Saat kejadian itu, Bapak Gubernur itu dari pagi berada di acara launching koperasi merah putih. Itu beliau di situ belum sempat makan, bahkan salat pun juga tidak sempat. Karena harus Zoom secara langsung tidak boleh meninggalkan tempat,” jelas Syarifah.

Namun, klarifikasi tersebut justru menuai kritik dari warganet. Beberapa komentar menyebut, menjadikan salat sebagai alasan meremehkan nilai agama.

“Salat saja mereka tidak lakukan, karena takut dengan pimpinan yang lebih tinggi,” tulis akun @aher_aja.

“Bawa-bawa sempat tidak salat, emang semurah itu agama untuk dijadiin alasan?,” tambah akun @fikrilosht087 dengan penuh tanda tanya. (*)

Berita Terkait

Back to top button