Daerah NTB

Banyak Pekerja Pinjol Parkir di Mataram Mall Bikin Bocor PAD, kok Bisa?

Mataram (NTBSatu) – Ratusan pegawai perusahaan pinjaman online (Pinjol) terungkap banyak menguasai pelantaran toko di sekitar Mall Lama, Cakranegara, Kota Mataram. Kawasan untuk memarkirkan kendaraan pribadi mereka setiap hari.

Kekhawatirannya, akan menggerus Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor retribusi parkir yang tahun ini targetnya Rp18 miliar.

Alasannya? Areal parkir yang harusnya berbayar setiap saat, tapi kehilangan pendapatan karena parkir mereka hanya terhitung satu kali sepanjang hari.

Kepala UPTD Parkir Dinas Perhubungan Kota Mataram, Lalu Muhammad Sopandi mengungkapkan, kendaraan para pekerja Pinjol mendominasi area sepanjang hampir 200 meter di depan deretan toko.

IKLAN

Mereka datang sejak pagi dan baru meninggalkan lokasi pada malam hari, dengan tarif parkir yang tetap Rp1.000, sama seperti pengunjung umum.

“Jumlahnya mencapai ratusan kendaraan per hari. Parkir dari pagi sampai malam. Tapi bayar tarif normal seperti tamu biasa. Ini tidak sebanding dengan lamanya penggunaan lahan,” kata Sopandi, Jumat, 4 Juli 2025.

Kelihan ini juga muncul dari para pemilik toko di sekitar Mall lama. Karena mengganggu akses pelanggan dan menurunkan daya tarik kunjungan.

IKLAN

“Depan toko penuh motor pegawai Pinjol. Pelanggan sulit cari parkir. Sudah ditegur berkali-kali tapi tidak digubris,” ujar Gusti Bagus, salah satu pemilik toko.

Sumber Kebocoran Parkir

Dampak lain, para juru parkir (jukir) yang mengalami penurunan setoran harian.

Meskipun jumlah kendaraan meningkat, sirkulasi atau rotasi kendaraan sangat rendah.

IKLAN

“Kalau semua motor diam dari pagi sampai malam, kita rugi. Jumlah banyak, tapi perputarannya nggak ada,” ungkap Amar, jukir di lokasi.

Dinas mengaku, kesulitan menertibkan karena belum ada regulasi yang secara khusus mengatur durasi maksimal parkir di ruang publik.

Sopandi menyebut, pihak pengelola Mall Lama sebenarnya telah menawarkan solusi dengan sistem parkir berbasis member, khusus bagi karyawan, dengan tarif Rp25 ribu per bulan, jauh lebih murah dari tarif normal.

Sayangnya, mereka tak tertarik tawaran itu karena alasan kenyamanan dan kondisi parkiran di dalam gedung.

“Kalau mereka mau tertib, sebenarnya sudah ada tempat. Tapi ya itu, mereka pilih parkir di luar karena anggapannya lebih praktis,” jelas Sopandi.

Dinas Perhubungan kini mendorong kolaborasi antara pihak perusahaan Pinjol, pengelola mall, dan pemerintah untuk mencari solusi jangka panjang.

“Kalau ini terus pembiaran, PAD dari parkir akan terus bocor, dan aktivitas ekonomi di kawasan itu juga bisa terganggu,” pungkasnya. (*)

Berita Terkait

Back to top button