Peringati Bulan Bung Karno, PDIP Kota Mataram Serukan Nilai Nasionalisme

Mataram (NTBSatu) – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kota Mataram menggelar diskusi kebangsaan dalam rangka memperingati Bulan Bung Karno. Diskusi berlangsung di Kantor DPD PDIP Provinsi NTB, Sabtu Malam, 28 Juni 2025.
Diskusi yang dipandu Virgi Eka Ayu Rasta tersebut mengahadirkan tiga pembicara utama. Mereka adalah Akademis UIN Mataram, Prof. Atun Wardatun, Ketua Forum Kerukunan Ummat Beragama NTB, Dr. Buya Muhammad Subki Sasaki, dan Akademisi Universitas Mataram, Dr. Lalu Syaefuddin Gayep.
Diskusi publik mengangkat tema “Meneruskan Cita-cita Bung Karno Relevansinya untuk Kalangan Milenial”. Diikuti oleh aktifitas dari berbagai organisasi kepemudaan, aktivis mahasiswa dan perempuan, jurnalis serta kader PDI Perjuangan NTB.
Sejumlah tokoh nasionalis dan politisi PDIP NTB turut hadir dalam diskusi tersebut, yakni Ketua DPD PDIP Provinsi NTB, H Rachmat Hidayat, Wakil Ketua DPD PDIP NTB, H Ruslan Turmudzi. Kemudiaan, Anggota DPRD NTB, Raden Nuna Abriadi, Made Slamet yang juga Ketua DPC PDIP Kota Mataram, dan anggota DPRD Kota Mataram fraksi PDIP.
Tanggapan DPD PDIP NTB
Ketua DPD PDIP NTB, Rachmat Hidayat dalam sambutannya menyampaikan, pemikiran Soekarno tidak saja hanya menjahit persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia hingga menjadi bangsa yang merdeka. Tapi pemikirannya yang tertuang dalam ideologi Pancasila, memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sejarah kehidupan bangsa-bangsa di dunia.
“Kita adalah penerus api perjuangan, bukan penjaga abu sejarah. Bagaimana dalam dada dan jiwa kita tetap menyala api cita-cita Bung Karno. Semangat nilai-nilai Pancasila harus hidup dalam setiap jiwa anak bangsa untuk menunjukkan kepada dunia, bahwa Pancasila adalah ideologi perdamaian dunia,” ujar Rachmat.
Anggota DPR RI dari Dapil NTB 2 itu menyebut, dunia saat ini sedang menghadapi tantangan zaman yang cukup berat. Dunia terpolarisasi oleh kepentingan sempit dan krisis kemanusiaan, seperti konflik berdarah. Di tengah situasi tersebut Bangsa Indonesia tetap cerdik memainkan peran diplomatik dengan semangat Pancasila. Memerankan politik bebas aktif menjadi dasar dalam menawarkan perdamaian dunia.
“Pancasila sebagai inspirasi kehidupan dunia. Meneruskan cita-cita Bung Karno bukan hanya sekedar mengulang pidato dan kata-katanya, bagaimana menggali makna, bagaimana mengimplementasikannya. Dalam pergaulan kehidupan bermasyarakat, kita memegang teguh nilai-nilai Pancasila dan Bineka Tunggal Ika,” ajaknya.
Meneladani nilai-nilai Bung Karno
Sementara, Prof Atun Wardatun menyampaikan, banyak nilai-nilai yang bisa menjadi teladan bagi generasi muda bangsa hari ini dari ajaran-ajaran Soekarno. Menurutnya, dua hal penting yang perlu anak muda teladani adalah tentang nilai-nilai kemanusiaan dan kekuatan literasinya.
“Membaca pemikiran Bung Karno, sangat banyak sekali nilai-nilai yang perlu kita teladani dari Bung Karno. Pertama konsep humanity, yakni pandangan Bung Karno untuk memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga Bung Karno menolak segala bentuk penjajahan dan penindasan atas harkat dan martabat kemanusiaan,” ungkap Prof Atun.
Selanjutnya, kekuatan dari perjuangan Soekarno yakni kemampuan literasinya yang kuat. Melalui pidato-pidatonya Presiden pertama RI itu mampu menginspirasi semangat persatuan, nasionalisme dan perjuangan rakyat Indonesia untuk menjadi bangsa yang mereka.
Begitu juga dengan kekuatan literasi membaca dan menulisnya. Presiden pertama itu berhasil menuangkan berbagai pikiran dan ajarannya melalui tulisan. Buku-buku yang kemudian menjadi inspirasi dan rujukan bagi masyarakat dunia atas pentingnya tatatan kehidupan berbangsa dengan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan bermartabat.
“Inspirasi yang perlu kita teladani oleh anak muda dari Bung Karno ini adalah berliterasi secara baik. Ia menulis dan public speaking-nya yang sangat baik. Hanya Bung Karno yang mampu bagus dua-duanyanya, beliau adalah orator sekaligus writer yang ulung,” ungkap Atun.
Pancasila bukan hanya sekedar kata-kata
Sementara itu, Lalu Syaefuddin Gayep dalam pemaparannya menyinggung terkait dengan implementasi nilai-nilai Pancasila. Ia melihat hari ini Pancasila hanya diungkapkan sebatas kata-kata. Namun pemahaman terhadap warisan nilai-nilai luhur dari Pancasila masih sangat dangkal. Terutama di kalangan generasi milenial dan gen Z.
“Sekarang ini banyak yang hapal Pancasila tapi tidak memaknai subtansinya, nilai-nilainya. Pancasila sangat tepat lahir di Indonesia yang beragam ini. Saya membayangkan tanpa Pancasila, mungkin akan ada negara Lombok, negara Sumbawa, negara Jawa, negara Sumatra, dan lain-lain. Jadi Pancasila ini sangat fundamental, mejahit semua elemen kebangsaan kita,” ungkap Gayep.
Ia mendorong generasi muda untuk kembali membaca ajaran-ajaran Soekarno melalui buku-bukunya. Sebab Soekarno sendiri lewat membaca buku-buku dan pikiran-pikiran orang besar, yang kemudian mempengaruhi semngat revolusioner yang sangat kuat.
“Pikiran pertama Bung Karno terhadap Bangsa Indonesia ini adalah melawan eksploitasi manusia atas manusia. Bagaimana Bung Karno melawan kolonialisme yang mengeksploitasi Bangsa Indonesia,” kata Gayep.
Karena itu dalam momentum peringatan kali ini, tidak hanya sekedar acara seremonial belaka. Namun bagaimana menyerap kembali intisari semangat perjuangannya.
“Ini bukan soal pidato yang mengulang kata-katanya Bung Karno, ini bukan roah, bukan haul. Tapi dalam peringatan bulan Bung Karno ini selalu diwarnai dengan dealitika. Ayok kita berliterasi, berdiskusi, berdebat, kemudian kita bergerak untuk berjuang. Itu yang dilakukan Bung Karno,” ajak Gayep.
Gayep juga menyinggung salah satu yang konsisten menjaga api semangat perjuangan Soekarno dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini adalah PDI Perjuangan. “PDIP ini bukan partai biasa, tapi partai yang lelah menderita. Tidak lahir dari borjuasi, tapi dari kalangan Marhaen. PDIP hari ini adalah cerminan perjuangan Sukarno,” ungkapnya.
Pemikiran Bung Karno
Terakhir, Buya Subki Sasaki menyampaikan pikiran-pikiran Bunk Karno pada masanya. Tidak hanya berbicara pada konteks zaman perjuangan kemerdekaan itu saja. Tetapi pikiran-pikiran ayah kandung Megawati Soekarno Putri itu berbicara jauh tentang perjalanan Bangsa Indonesia untuk generasi kedepannya.
“Bung Karno itu orang yang melampaui zamannya, pemikiran Bung Karno tetap hidup dan relevan hingga saat sekarang ini. Kita ingat perkataan Bung Karno bahwa perjuangan generasi berikutnya jauh lebih berat dari perjuangan diri. Karena menghadapi penjajah itu jauh lebih mudah dari menghadapi penjajah dari bangsa sendiri. Ini khawatiran beliau dulu,” beber Buya Subki Sasaki.
Karena itu dia menyerukan bagaimana generasi muda dan mahasiswa untuk terus berdealitika merawat pikiran-pikiran Soekarno lewat diskusi-diskusi di kampus. Tujuannya, agar mampu melahirkan pokok-pokok pikiran tentang persatuan dan kesatuan dalam bingkai kebinekaan.
“Kekuatan kita sebagai bangsa saat ini adalah menjaga tiga hal, spirit keagamaan, kebangsaan dan kebudayaan,” pungkasnya. (*)