INTERNASIONAL

Mengenal Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran yang Lumpuhkan Lengan Demi Revolusi Islam

Mataram (NTBSatu) – Ali Khamenei mengendalikan kekuasaan tertinggi di Iran sejak 1989. Ia memegang otoritas yang melampaui Presiden, menetapkan arah politik, militer, dan keagamaan Iran hingga hari ini.

Media internasional seperti Forbes menempatkannya di peringkat ke-21 orang paling berpengaruh di dunia, karena ia menentukan keputusan penting di Iran. Termasuk, memilih siapa yang boleh menjadi Presiden.

Rakyat Iran memilih Khamenei sebagai Presiden pada 1981, setelah kelompok oposisi membunuh Presiden Mohammad-Ali Rajai. Ia menjadi ulama pertama yang menjabat sebagai Presiden dan memimpin Iran di tengah Perang Iran-Irak.

Dalam masa jabatan keduanya pada 1985, Khamenei juga mengepalai Dewan Pertahanan Tertinggi dan Dewan Revolusi Kebudayaan.

IKLAN

Ledakan bom pada 1981 membuat lengan kanannya lumpuh, tetapi Khamenei tetap bertahan dalam politik. Serangan itu datang dari kelompok oposisi Mujahidin Khalq yang menyembunyikan bom dalam tape recorder saat Khamenei sedang berpidato.

Revolusi Islam 1979 membuka jalan bagi Khamenei masuk ke lingkaran kekuasaan, setelah Ayatollah Khomeini menggulingkan Shah Mohammad Reza Pahlavi dan kembali dari pengasingan.

Khomeini mendirikan Partai Republik Islam dan mempercayakan peran penting kepada Khamenei, termasuk sebagai pengawas Pengawal Revolusi dan Wakil Menteri Pertahanan.

IKLAN

Khamenei mengorbankan hidupnya demi Revolusi dan Islam, bahkan menyatakan siap menyerahkan seluruh martabat dan tubuhnya untuk perjuangan itu. Ia mengutarakan pernyataan tersebut pada 2009 sebagai bentuk pengabdian totalnya terhadap nilai-nilai revolusi.

“Saya memiliki jiwa yang miskin, tubuh yang tidak lengkap, dan sedikit martabat yang telah Anda berikan kepada saya, saya akan mengorbankan semuanya untuk Revolusi dan untuk lslam” kata Khamenei.

Jadi Ulama Sejak 11 Tahun

Khamenei menapaki jalan keulamaan sejak usia 11 tahun di kota suci Mashhad, mengikuti jejak ayahnya yang seorang ulama.

IKLAN

Masa kecilnya penuh tantangan karena Iran saat itu berada di bawah kekuasaan Shah yang menolak pengaruh agama. Teman-temannya kerap mengejek pakaian keagamaannya, tetapi Khamenei tetap teguh.

Pemerintah Shah menangkapnya enam kali, karena ia menyebarkan ajaran Ayatollah Khomeini. Dalam penjara, Khamenei sempat berbagi sel dengan Houshang Asadi, seorang komunis muda. Mereka menjalin hubungan baik karena sama-sama menentang Shah, meski berbeda ideologi.

Khamenei dulunya suka merokok dan menikmati cerutu, kebiasaan yang tak lazim bagi ulama, namun ia kemudian meninggalkannya.

Ia juga dikenal sebagai pribadi pendiam yang mencintai puisi dan memiliki selera humor tinggi, menurut keluarganya dan rekan sepenjaranya.

Pada 1989, setelah Ruholllah Khomeini wafat, para ulama memilih Ali Khamenei sebagai Pemimpin Tertinggi, menggantikan gurunya. Ia berusia 49 tahun saat itu dan menjadi pemimpin yang diakui secara luas dalam sistem teokrasi Iran.

Kini, Ayatollah Ali Khamenei tetap menjadi tokoh sentral dalam politik Iran dan dunia Islam. Setiap Presiden Iran tetap membutuhkan restu darinya untuk menjabat. Kepemimpinannya membentuk arah kebijakan domestik dan global Iran hingga hari ini. (*)

Berita Terkait

Back to top button