INTERNASIONAL

Mengenal Baoxia Liu: WN China Buronan FBI yang Dihargai Rp245 Miliar, Diduga Suplai Senjata Perang Iran-Israel

Jakarta (NTBSatu) – Pemerintah Amerika Serikat (AS) tengah memburu seorang wanita asal China, Baoxia Liu alias Emily Liu, yang diduga terlibat dalam penyelundupan teknologi militer asal AS ke Iran.

Fotonya tersebar di sejumlah media nasional maupun internasional sejak, Kamis, 19 Juni 2025. Sebelumnya, Federal Bureau of Investigation (FBI) membagikan foto Baoxia Liu pertama kali, karena masuk dalam daftar buronan.

Liu dituduh menyuplai ribuan komponen elektronik yang dapat digunakan dalam produksi drone, rudal balistik, dan senjata militer lainnya, yang kini dikaitkan dengan konflik bersenjata Iran-Israel.

Mengutip CBS News, Jumat, 20 Juni 2025, wanita kelahiran 10 September 1981 ini bekerja sama dengan tiga orang rekannya. Mereka juga masuk dalam daftar pencarian. Ketiganya masing-masing bernama Li Yongxin alias Emma Lee, Yung Yiu Wa alias Stephen Yung, dan Zhong Yanlai alias Sydney Chung.

IKLAN

Baoxia Liu Dihargai Rp245 miliar

Departemen Luar Negeri AS bahkan mengumumkan, imbalan hingga 15 juta dollar AS atau sekitar Rp245 miliar bagi siapa pun yang memberikan informasi yang mengarah pada penangkapan Liu dan tiga rekannya.

Menurut pernyataan resmi, Liu dan komplotannya telah melakukan praktik penyelundupan ini sejak 2007. Dugaannya dengan menggunakan perusahaan cangkang di China dan Hong Kong untuk mengelabui eksportir AS.

Kasus Baoxia Liu

Mereka diduga menyembunyikan identitas pengguna akhir dari barang-barang yang dibeli, sehingga perusahaan AS tertipu dan percaya bahwa komponen akan digunakan di China. Namun, barang tersebut justru dikirim ke Iran melalui jaringan logistik yang kompleks.

IKLAN

“Liu dan rekan-rekannya diduga memalsukan identitas penerima akhir komponen. Sehingga, barang-barang tersebut seolah-olah dikirim ke China padahal ditujukan untuk Iran,” kata Departemen Luar Negeri AS dalam pernyataannya.

Sesampainya di Iran, barang-barang ilegal ini diterima oleh entitas yang terafilitasi dengan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC). Yakni Shiraz Electronics Industries (SEI) dan Rayan Roshd Afzar.

Atas perbuatannya, Liu dan rekan-rekannya didakwa secara federal di pengadilan Distrik Columbia pada Januari 2024 atas sejumlah pelanggaran berat. Termasuk konspirasi, penyelundupan barang dari AS, pelanggaran sanksi Iran, serta penyampaian informasi ekspor yang menyesatkan.

IKLAN

Kini, keempat orang tersebut masuk dalam daftar paling dicari Biro Investigasi Federal AS (Federal Bureau of Investigation/FBI). Keterlibatan Liu dalam menyuplai senjata ke Iran ini menjadi sorotan, karena muncul di tengah memuncaknya ketegangan antara negara tersebut dengan Israel.

Dalam keterangannya, Departemen Luar Negeri AS juga menyebut, IRGC secara rutin menggunakan perusahaan-perusahaan cangkang untuk menyamarkan aliran dana, menghindari sanksi. Serta, memperoleh teknologi yang seharusnya tidak bisa mereka akses secara legal.

“Teknologi buatan AS telah digunakan oleh IRGC dan Kementerian Pertahanan dan Logistik Angkatan Bersenjata Iran, dalam pembuatan sistem senjata,” tulis pernyataan itu.

Liu diketahui memiliki hubungan dengan Beijing, Teheran, Shiraz, dan wilayah lain di Iran, serta Hong Kong. FBI menggambarkan Liu sebagai agen pengadaan, pedagang senjata, dan operator berbagai perusahaan dagang di China yang berbicara dalam Bahasa Mandarin, Kanton, dan Farsi.

Sebagai informasi, Baoxia Liu lahir di Weifang, Provinsi Shandong, China, pada 10 September 1981, dan menguasai tiga Bahasa, Mandarin, Kanton, dan Farsi. Ia berperan sebagai agen pengadaan, broker senjata, serta pemilik sejumlah perusahaan dagang di China. (*)

Alan Ananami

Jurnalis Nasional

Berita Terkait

Back to top button