Oleh: M. Zakiy Mubarok
Saat menyampaikan kuliah umum dihadapan peserta Sespim Lemdiklat Polri (2025) belum lama ini, Prof. Dr. Mahfud MD., S.H., S.U., kembali mengingatkan, tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak berorganisasi. Karena sejak lahir di bumi, saat itu pula seseorang langsung berada di dalam organisasi tertinggi suatu bangsa yang disebut (warga) negara. Di bawah organisasi negara ada berbagai sub organisasi, salah satunya Prof. Mahfud menyebut, organisasi pemerintahan.
Berorganisasi, berarti kita berserikat atau berhimpun bersama beberapa orang dalam satu wadah atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Atas dasar tujuan bersama itu, semua anggota organisasi harus memahami dan mengimplementasikan visi – misi organisasinya secara konsisten.
Konsisten dalam implementasi adalah ekspresi kolektif pada tujuan bersama serta cermin kredibilitas dan reputasi organisasi. Karenanya, tidak ada pilihan lain bagi anggota organisasi kecuali memahami visi – misi organisasi dengan baik, mengemplementasikannya dengan benar, dan menyampaikannya kepada pihak eksternal (publik/stakeholder) dengan tepat.
Untuk mewujudkan hal itu, dibutuhkan anggota-anggota organisasi yang percaya diri (konfiden), memiliki komitmen (berintegritas), dan siap setiap saat melakukan sosialisasi (publikasi dan komunikasi) atas semua hal positif dan pencapaian organisasinya (cakap dan terampil).
Gambaran anggota organisasi sebagaimana dimaksud diatas, oleh Agung Laksamana dalam buku Adapt or Die (2020), dinisbatkan dengan praktik hubungan masyarakat (humas) dan brand ambassador organisasi. Gambaran itu dipertegas oleh Anwar Arifin Andipate (2020), yang mengatakan, humas atau brand ambassador lah yang menangani hubungan antara organisasi (lembaga) dengan masyarakat internal dan masyarakat eksternal organisasi.
Dalam konteks hubungan dengan masyarakat internal organisasi, kita harus memastikan apakah semua anggota sudah memahami visi, misi dan strategi organisasinya? Apakah semua anggota organisasi telah siap menjadi humas dan brand ambassador yang siap setiap saat menyampaikan semua hal positif dan pencapaian organisasinya?
Untuk memastikan itu, kita bisa melakukan riset sederhana dalam rangka memvalidasi tingkat pemahaman anggota dimaksud guna mengumpulkan informasi selengkap dan sedetil mungkin. Informasi ini menjadi data untuk mengendalikan situasi (secara cepat), taking action before the crisis hit, dan langkah perencanaan. (Argenti – Corporate Communication, 2nd edition, 1998).
Efektifitas peran humas dan brand ambassador saat menyampaikan semua hal positif dan pencapaian organisasi (komunikasi eksternal organisasi) salah satunya harus diukur terlebih dahulu melalui riset. Silih Agung Wasesa (2010) mengatakan, tanpa basis riset, strategi humas dan brand ambassador hanya berdasarkan pada pengalaman masa lalu dan intuisi yang sifatnya sangat personal. Prof. Jim Macnamara, dari UTS Australia, bahkan menekankan riset akan menjadi langkah maju untuk mengukur seberapa jauh humas dan brand ambassador organisasi mampu mengubah paradigma dan bahkan perilaku audiensi target (oucome).
Melalui riset, selain gambaran objektif tentang tingkat pemahaman visi – misi organisasi, kita sekaligus akan mendapatkan informasi tentang kualitas anggota-anggota organisasi. Apakah kualitas yang ada sudah menjawab kebutuhan meritokrasi atau belum. Meritokrasi humas dan brand ambassador ini penting mengingat berkaitan dengan efektifitas komunikasi internal dan eksternal organisasi organisasi.
Selama ini kita sering salah kaprah dalam menempatkan konsep dan praktik meritokrasi. Konsep yang menekankan aspek kemampuan dan prestasi individu ini hanya kita terapkan pada posisi tertentu, tidak di seluruh posisi pekerjaan. Hal ini memiliki konsekuensi, istilah yang diciptakan 1958 itu hanya menjadi instrumen pastif. Seharusnya, meritokrasi harus dijadikan instrumen aktif untuk secara terus menerus mengevaluasi kinerja anggota-anggota organisasi.
Organisasi pemerintahan, sebagai sub organisasi negara harus melakukan eksperimen serupa. Sebagaimana diuraikan diatas. Tanyakan secara acak (random) dari level struktur paling bawah hingga tertinggi, apa visi misi organisasi saat ini? Apa saja targetnya? Dan program apa untuk mengimplementasikannya? Dari sini akan hadir anggota-anggota organisasi (birokrat) yang berkualitas, dan siap menyampaikan setiap saat semua hal positif tentang pencapaian organisasi. Wallahu’alam Bishawab. (*)



