Diskominfotik SumbawaSumbawa

Komoditas Kopi Sumbawa Berkontribusi Besar untuk Kebutuhan Provinsi

Sumbawa Besar (NTBSatu) – Komoditas kopi Kabupaten Sumbawa memberikan kontribusi terbesar terhadap kebutuhan Provinsi NTB.

Data yang tersaji dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sumbawa Tahun 2025-2029, kontribusi produksi kopi Kabupaten Sumbawa terhadap Provinsi NTB rata-rata 42,27 persen per tahun dengan nilai produksi rata-rata Rp81.225.000.000.

Walaupun kontribusi kopi tersebut cukup dominan, namun volume produksi kopi Kabupaten Sumbawa masih belum optimal.

Dalam empat tahun terakhir, sejak tahun 2020 hingga 2024 (tahun 2022 tidak tersedia), kontribusi kopi Sumbawa terhadap Provinsi NTB mencapai 10.830 ton.

Rinciannya, tahun 2020 sebanyak 2.340 ton, tahun 2021 sebanyak 3.910 ton. Lalu, 2.290 ton pada tahun 2023 dan 2024.

Selain itu, komoditas hortikultura yang menjadi unggulan di Kabupaten Sumbawa tahun 2020-2024 adalah bawang merah, tomat dan cabai rawit (sayuran semusim). Serta mangga, nangka, sawo dan pisang (buah-buah-buahan).

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumbawa, terus memperkuat langkah pembangunan daerah dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang beragam. Sektor-sektor seperti pertanian, kelautan, peternakan, dan perkebunan menjadi fokus utama pengembangan ekonomi daerah yang berkelanjutan.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumbawa, Dr. Dedi Heriwibowo menjelaskan, pemerintah daerah, terus berupaya mengarahkan transformasi ekonomi menuju sektor yang bersifat berkelanjutan.

“Sektor pertanian dan kelautan sebagai pilar utama, karena keduanya mampu menopang kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang,” kata Dedi kepada NTBSatu.

Selain itu, sektor perkebunan juga tumbuh pesat. Kopi Sumbawa menyumbang lebih dari 42 persen produksi kopi NTB, sedangkan komoditas bawang merah terus meningkat dengan kontribusi 13,83 persen.

Dorongan Agrobisnis dan Agroindustri

Melalui RPJMD, pemerintah daerah mendorong penguatan agrobisnis dan agroindustri untuk menciptakan nilai tambah produk lokal.

“Hasil pertanian dan kelautan perlu diolah langsung di daerah. Gabah harus menjadi beras kemasan, jagung diarahkan menjadi bahan industri pakan, dan udang serta rumput laut harus diolah sebelum diekspor,” jelas Dedi.

Langkah ini sejalan dengan strategi pemerintah daerah untuk membuka peluang investasi industri kecil, menengah, hingga besar. Upaya tersebut harapannya mampu memperluas lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (*)

Muhammad Yamin

Jurnalis NTBSatu

Berita Terkait

Back to top button