Lombok Timur

Petani Lombok Timur Tinggalkan 200 Hektare Lahan Akibat Kemarau Panjang

Lombok Timur (NTBSatu) – Puluhan petani di Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) Jeringo, Kecamatan Suela, Lombok Timur, meninggalkan lahan pertanian mereka seluas 200 hektare.

Para petani mengambil keputusan ini akibat musim kemarau berkepanjangan yang melanda wilayah tersebut setiap tahun, sehingga menghentikan total aktivitas pertanian.

Plt. Kepala Desa Jeringo, Muliadi menyebut, warganya memang secara rutin menghadapi kondisi ini. Mereka terpaksa menghentikan seluruh aktivitas pertanian karena pasokan air untuk irigasi sama sekali tidak ada.

Para petani akan kembali menggarap lahan mereka saat musim hujan tiba. “Lahan dibiarkan kering jadinya. Kalau sudah hujan baru warga kembali menanam,” ucap Muliadi, Senin, 6 Oktober 2025.

Meskipun air untuk kebutuhan sehari-hari masih tersedia, volumenya tidak pernah cukup untuk mengairi sawah dan kebun.

Muliadi mengungkapkan, adanya solusi potensial untuk mengatasi krisis air ini. Pemerintah dapat membangun sebuah embung atau saluran penampung untuk memanfaatkan sumber mata air terjun Selir.

Ia meyakini, realisasi pembangunan infrastruktur tersebut akan mencukupi seluruh kebutuhan air pertanian warga dan mengakhiri siklus tahunan ini.

Selain masalah kekeringan, komunitas transmigran ini juga menghadapi persoalan legalitas lahan yang belum tuntas.

Sejak pemerintah menetapkan kawasan itu sebagai lokasi transmigrasi pada 2009, sekitar 200 warga belum pernah menerima sertifikat hak milik atas tanah dan rumah mereka selama 16 tahun penantian.

Muliadi menambahkan, sengketa tumpang tindih klaim memperumit masalah kepemilikan ini. Pihaknya telah menyampaikan aspirasi ini secara langsung kepada Menteri Transmigrasi saat melakukan kunjungan.

Pemerintah Pusat pun telah memberikan janji untuk memprioritaskan penyelesaiannya. Kini, warga menaruh harapan besar agar pemerintah segera merealisasikan pembangunan embung dan menuntaskan proses sertifikasi lahan.

Mereka berharap, kedua langkah tersebut dapat menjamin keberlangsungan hidup dan aktivitas ekonomi tanpa harus bergantung pada perubahan musim. “Kalau sudah terealisasi, sepertinya kebutuhan air akan terpenuhi,” tutupnya. (*)

Berita Terkait

Back to top button