ADVERTORIALLingkungan

Menjaga Hutan Nuraksa, Menjaga Kehidupan di Pulau Lombok

Mataram (NTBSatu) – Di tengah rimbunnya pepohonan dan nyanyian elang di langit Sesaot, Taman Hutan Raya (Tahura) Nuraksa berdiri sebagai benteng hijau yang menjaga keseimbangan air dan udara bagi tiga wilayah di Pulau Lombok.

Bagi masyarakat di Kota Mataram, Lombok Barat, hingga sebagian Lombok Tengah, Tahura Nuraksa bukan sekadar kawasan konservasi. Ia adalah sistem pendukung kehidupan yang memastikan ketersediaan air, kestabilan udara, dan keseimbangan iklim di pulau ini tetap terjaga.

Terletak di lereng utara Pulau Lombok dengan luas 3.155 hektare. Tahura Nuraksa memegang peran vital sebagai pengatur tata air dan iklim mikro wilayah sekitarnya.

Hutan ini juga berfungsi sebagai penyerap karbon alami, sekaligus penahan erosi dan banjir saat musim hujan.

Data terbaru menunjukkan, kondisi biofisik Tahura Nuraksa masih tergolong sangat baik. Dari total luas kawasan, hanya sekitar 5 hektare atau 0,17 persen yang masuk kategori agak kritis. Angka ini menandakan penutupan vegetasi dan fungsi ekologis hutan masih terjaga optimal.

“Kondisi hutan di sini masih sangat sehat. Ini juga alasan mengapa debit air di daerah hilir seperti Narmada dan Mataram masih stabil sepanjang tahun,” ujar Kepala UPTD Tahura Nuraksa, Oman Somantri kepada NTBSatu, Selasa, 7 Oktober 2025.

Habitat Alami Satwa Liar hingga Keanekaragaman Vegetasi

Selain menjaga fungsi ekologis, Tahura Nuraksa juga menjadi habitat alami bagi berbagai satwa liar mulai dari Elang Merah, Punglor Hitam, hingga Rusa Timor dan Lutung.

Keanekaragaman vegetasinya mencerminkan kekayaan hayati Lombok dengan jenis dominan seperti Mahoni, Sengon, Kemiri, Klokos, dan Laban, serta tanaman buah Durian, Manggis, dan Rambutan yang tumbuh subur di kawasan ini.

“Suara burung dan kehidupan satwa liar masih bisa terdengar setiap pagi di hutan ini. Itu tanda ekosistemnya masih seimbang,” tambah Oman.

Selain fungsi ekologisnya, Tahura Nuraksa juga mulai menjadi daya tarik wisata alam dan pendidikan lingkungan.

Hingga September 2025, kawasan ini telah menerima sekitar 2.000 pengunjung. Terdiri dari pelajar, mahasiswa, hingga wisatawan lokal yang datang untuk belajar dan menikmati udara sejuk hutan.

Tampak depan Kantor Balai Taman Hutan Raya (Tahura) Nuraksa. Foto: Jo

Ke depan, pengelola berharap Tahura Nuraksa terus diperkuat perannya sebagai penopang kehidupan masyarakat Lombok sekaligus benteng terakhir dalam menjaga keseimbangan ekosistem pulau yang semakin berkembang pesat.

“Kami ingin Tahura ini tetap menjadi ruang belajar, ruang hidup, dan ruang harapan bagi generasi yang akan datang,” tutup Oman. (*)

Berita Terkait

Back to top button