Kota Mataram

Joget Sound Horeg Depan Masjid Viral, Pemkot Mataram: Jauh dari Nilai Religius

Mataram (NTBSatu) – Video pemuda-pemudi berjoget diiringi sound horeg tepat di depan masjid Lingkungan Gapuk, Kelurahan Dasan Agung, Kota Mataram, bikin heboh jagat maya.

Aksi berdurasi 26 detik itu viral dan langsung menuai kekecewaan warga hingga mendapat tanggapan langsung Pemerintah Kota Mataram.

Wakil Wali Kota Mataram, Mujiburahman menegaskan, pemerintah kota tidak melarang warga, khususnya generasi muda, untuk berkegiatan.

Namun, ia mengingatkan agar aktivitas itu tetap dalam batas kewajaran dan tidak menimbulkan dampak negatif.

“Kami sebenarnya terbuka, silakan berkegiatan. Tapi jangan sampai kegiatan itu mengganggu masyarakat, mengganggu ketertiban. Apalagi kalau ada orang tua yang sedang sakit, itu pasti sangat mengganggu,” ujar Mujib, Jumat, 26 September 2025.

Mujib juga meminta pihak kelurahan, kepala lingkungan, dan tokoh agama segera turun tangan melakukan edukasi serta komunikasi dengan warga. Ia menekankan, kegiatan apapun sebaiknya tetap mengacu pada identitas Kota Mataram yang religius.

“Saya harapkan lurah, kaling, dan tokoh agama segera melakukan koordinasi. Jangan sampai kegiatan muda-mudi justru terkesan negatif. Kita di kampung punya identitas religius, itu yang harus kita jaga bersama,” tegasnya.

Sementara itu, salah satu warga Dasan Agung Arong-Arong Timur, Fatmawati, mengaku kecewa dengan fenomena ini. Menurutnya, tradisi yang dulu identik dengan selawatan dan syiar agama kini justru bergeser ke arah hiburan berlebihan.

“Awalnya kegiatan itu rangkaian Maulid, tiap lingkungan beda waktunya. Dulu ada namanya Praja, arak-arakan untuk anak-anak yang mau disunat, penuh nilai syiar dan kebersamaan. Sekarang kok jadi seperti ini, malah joget-joget dengan sound horeg. Jujur, sangat mengecewakan,” keluh Fatmawati.

Ia menambahkan, tradisi lama bukan hanya penuh nilai religius, tetapi juga mengedepankan kearifan lokal. Kudapan khas warga disajikan, lantunan selawatan dikumandangkan, dan suasana kampung terasa hangat.

IKLAN

“Kalau mewarisi yang dulu, ya bershalawat. Nilai kearifan lokal terasa. Sekarang esensinya hilang. Budaya lama terkikis oleh ulah segelintir orang,” ujarnya. (*)

Berita Terkait

Back to top button