Arafat, Pelajar AMMAN Academy Toreh Sejarah di Istana Negara

Mataram (NTBSatu) – Di AMMAN Academy, sekolah yang terletak di townsite tambang Batu Hijau milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), seorang remaja bernama Arafat Abdullah Hanif tumbuh dengan mimpi besar.
Sejak kecil, setiap kali layar televisi menayangkan upacara kemerdekaan, pandangannya tak pernah lepas dari barisan Paskibraka. Mereka bukan sekadar pasukan pengibar bendera, tapi simbol kedisiplinan, kekompakan, dan keagungan.
“Gagah sekali,” pikirnya saat itu. Cita-cita sederhana namun mulia itu tertanam dalam benaknya, yakni menjadi bagian dari pasukan elite tersebut. Dari situlah langkah awalnya dimulai. Ia memulai perjalanan panjang menuju barisan Paskibraka Nasional.
Jalan Terjal Penuh Perjuangan
Perjalanan Arafat mulai dari seleksi tingkat sekolah, yang kemudian berlanjut ke kabupaten. Tantangan pertama yang ia hadapi adalah jarak. Setiap kali seleksi dan pemantapan, ia harus menempuh perjalanan dua jam pulang pergi. Namun, lelahnya perjalanan tak seberapa dibandingkan tantangan yang lebih besar: membagi waktu antara mimpi dan kewajiban.
“Semua proses seleksi, baik di kabupaten, provinsi, maupun nasional, sangat menguras fisik dan mental,” tutur Arafat. Ditambah lagi, ia harus menyiapkan waktu untuk latihan hampir setiap hari agar target tes seleksi Paskibraka bisa tercapai. Tantangan ini semakin berat karena ia juga menjabat sebagai ketua OSIS dan harus mengejar semua tugas sekolah. Tak jarang, ia harus tidur larut malam agar semua tanggung jawab bisa selesai tepat waktu.
Proses seleksi di tingkat provinsi menjadi titik baliknya. Dari seluruh peserta, terpilih empat calon putra dari NTB untuk dikirim ke Jakarta guna mengikuti seleksi tingkat nasional. Di sana, Arafat harus kembali menghadapi serangkaian tes selama lima hari yang menguji fisik dan mental, mulai dari dua kali tes kesehatan, psikotes, wawancara, hingga baris-berbaris. Di tengah keraguan, dukungan dari orang-orang terdekat menjadi kekuatan terbesarnya. Kedua orang tuanya adalah pendukung utama yang meyakinkannya untuk terus maju. Tak hanya itu, peran sang guru pembina, Bapak Wira dari AMMAN Academy, juga sangat krusial.
“Ia telah mengorbankan banyak sekali waktunya untuk membantu seluruh proses pendaftaran hingga seleksi saya,” kenang Arafat penuh haru.

Dukungan itu tidak berhenti sampai di situ. Sekolahnya, AMMAN Academy, berperan sangat besar. Mereka membantu menyiapkan berkas, transportasi, bahkan mengatur jadwal Arafat agar tidak bentrok dengan kegiatan sekolah dan organisasinya. Ini membuktikan bahwa di balik kesuksesan seorang individu, selalu ada tim solid yang mendukung.
‘Desa Bahagia’ dan Saudara-saudara Baru
Setelah lolos seleksi, Arafat terbang ke Jakarta untuk menjalani pemusatan pendidikan dan pelatihan (pusdiklat) di tingkat nasional. Di sana, ia dan teman-teman Paskibraka lainnya hidup dalam karantina di sebuah tempat yang mereka sebut ‘Desa Bahagia’. Rutinitas harian mereka adalah cerminan dari kedisiplinan yang luar biasa: bangun pukul empat pagi, merapikan kamar, mencuci dan menyetrika pakaian sendiri.
Di Desa Bahagia itulah Arafat menemukan keluarga barunya. Ia berinteraksi dengan pelajar-pelajar hebat dari berbagai provinsi. Perbedaan tidak menjadi penghalang. Mereka dengan cepat menyatu, membangun ikatan persaudaraan yang kuat.
“Kami sesama peserta sudah menjadi seperti saudara kandung sendiri,” ujar Arafat. “Kami diajarkan jiwa korsa, yakni rasa kesatuan dan kekeluargaan.”
Pelajaran yang ia dapatkan di sana jauh melampaui sekadar baris-berbaris dan latihan fisik. Kedisiplinan, yang menurutnya berawal dari hal-hal kecil, menjadi kebiasaan baru yang membuat hidup lebih teratur. Kekompakan dan kerja sama tim juga menjadi kunci. Arafat menyadari bahwa di Paskibraka, tak ada keberhasilan individu tanpa semangat dan kontribusi dari setiap anggota.
Para pelatih dan pembina juga tak pernah lelah menanamkan nasihat-nasihat berharga. “Mereka selalu menanamkan dalam diri kami agar selalu bersyukur dan jangan pernah lupa masa-masa perjuangan kita,” kenang Arafat. Ia juga dididik untuk menjadi pribadi yang sopan, ramah, dan peduli.
Menjemput Impian di Istana Merdeka
Saat pertama kali melihat Istana Presiden, tempat ia akan bertugas, Arafat terpukau. Ia langsung membayangkan suasana sakral detik-detik proklamasi. Perasaan haru dan bangga bercampur menjadi satu. Pengalaman ini mengubah cara pandangnya tentang nasionalisme.
“Saya sekarang menyadari bahwa nasionalisme bukan hanya mengabdi pada negara, tapi juga suatu mindset dan tindakan yang kita lakukan yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila,” ucapnya. Mempelajari perjuangan para pahlawan terdahulu membuat ia semakin menghargai betapa kerasnya perjuangan mereka demi kemerdekaan.
Hari yang ditunggu pun tiba. Pada prosesi upacara bendera 17 Agustus 2025, dengan hati yang dipenuhi doa, Arafat melangkahkan kakinya di Istana Merdeka. Di tengah sorot mata ribuan pasang mata, ia bersama rekan-rekannya mengibarkan bendera Merah Putih. Tugas mulia itu berjalan lancar, sebuah bukti nyata dari kerja keras, dedikasi, dan dukungan dari semua pihak.
Kisah Arafat adalah cerminan bahwa mimpi yang diiringi kerja keras, ketekunan, dan dukungan tulus dari orang-orang terdekat akan berbuah manis. Arafat kini berharap, pencapaiannya ini akan menjadi nilai tambah bagi pendidikan dan karirnya di masa depan. Lebih dari itu, ia telah membuktikan bahwa seorang pelajar dari Sumbawa Barat pun bisa menggapai impian tertinggi, mengabdi untuk bangsa, dan menginspirasi banyak orang.
AMMAN Academy
AMMAN Academy adalah sekolah yang berdiri sejak Juli 2008, dan berlokasi di dalam townsite Batu Hijau, khusus melayani putra-putri karyawan dan mitra bisnis AMMAN.
Sebelumnya dikenal dengan Sekolah Buin Batu, sekolah ini dibentuk dari penggabungan dua sekolah yang telah lebih dulu ada, yakni Sekolah Nasional Buin Batu (SNBB) yang berdiri pada 17 Januari 2000 di townsite dan Batu Hijau International School (BHIS) yang berdiri sejak 1998 di Mataram.
Saat ini, AMMAN Academy menyediakan layanan pendidikan lengkap mulai dari kelompok bermain hingga kelas 12 SMA dengan kurikulum International Baccalaureate (IB) dalam bentuk Early Years, Primary Years Programme, Middle Years Programme, hingga Diploma Programme. Dengan tenaga pendidik yang terdiri dari guru lokal Indonesia serta guru ekspatriat dari Australia, Kanada, India, Belanda, Malaysia, Selandia Baru, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat, AMMAN Academy menghadirkan lingkungan belajar berstandar internasional bagi komunitas Batu Hijau. (*)