Mataram (NTBSatu) – Kecerdasan buatan (AI) terus mengejutkan dunia. Teknologi ini kini mampu memprediksi gaji dan masa depan keuangan seseorang, hanya dari satu foto wajah.
Sebuah studi bertajuk “AI Personality Extraction from Faces: Labor Market Implications” membuktikan, AI bisa menebak potensi penghasilan dan jalur karier seseorang dengan akurasi yang mencengangkan.
Peneliti Latih AI Gunakan Foto Lulusan MBA untuk Prediksi Gaji
Para peneliti melatih AI menggunakan ribuan foto formal lulusan program MBA, lengkap dengan data gaji dan riwayat pekerjaan. AI mempelajari korelasi antara fitur wajah dan kesuksesan karier, lalu menghasilkan model prediktif berdasarkan data nyata.
Teknologi ini tidak hanya membaca wajah, tetapi juga mengekstraksi kepribadian melalui micro-expressions—gerakan halus wajah yang sering tak tertangkap mata manusia.
Gunakan Computer Vision dan Big Five Personality Traits
AI menggunakan computer vision untuk memetakan fitur-fitur wajah seperti posisi alis, bentuk mulut, dan ketegangan otot wajah. Teknologi ini kemudian menghubungkan temuan tersebut dengan lima ciri kepribadian utama yang dikenal sebagai Big Five: keterbukaan, kedisiplinan, ekstroversi, keramahan, dan stabilitas emosi.
Hasil studi menunjukkan, individu yang memiliki skor tinggi pada kedisiplinan dan keterbukaan cenderung meraih penghasilan lebih tinggi. Misalnya, AI menganggap orang yang ekstrovert cocok menjadi pemimpin, sementara individu yang terbuka cenderung menonjol di bidang kreatif.
Bangun Model Prediktif Karier dan Gaji dari Wajah
Dengan pendekatan machine learning, AI membangun model yang mampu memperkirakan jenis pekerjaan dan gaji seseorang hanya dari foto wajah. AI menyandingkan hasil analisis kepribadian dengan data karier aktual untuk menyusun “profil masa depan” individu.
Teknologi ini memungkinkan prediksi mulai dari gaji tahun pertama, peran pekerjaan yang sesuai, hingga potensi jenjang karier dalam lima tahun.
Rekrutmen hingga Konseling Karier Bisa Manfaatkan Teknologi ini
Teknologi prediksi wajah ini membuka peluang besar di sektor rekrutmen dan pengembangan karier. Perusahaan bisa menggunakannya untuk menyaring kandidat berdasarkan kecocokan kepribadian.
Sementara itu, konselor karier dapat membantu individu memahami kekuatan tersembunyi mereka dan mengarahkan pilihan karier berdasarkan profil kepribadian.
Bahkan, platform profesional seperti LinkedIn dilaporkan tengah menjajaki penggunaan teknologi ini untuk meningkatkan akurasi pencocokan kerja.
Pakar Peringatkan Risiko Diskriminasi dan Pelanggaran Privasi
Meski menjanjikan, teknologi ini juga menimbulkan kontroversi. Dr. Anna Patel dari Universitas Stanford mengingatkan, menggunakan wajah untuk menilai kelayakan kerja bisa menimbulkan diskriminasi statistik. Ia menekankan, kepribadian tidak bisa menjadi satu-satunya indikator kemampuan kerja seseorang.
The Guardian dan MIT Technology Review menyoroti risiko bias data. Jika dataset awal hanya mencerminkan kelompok demografis tertentu, AI berpotensi memperkuat ketimpangan dan stereotip dalam dunia kerja. (*)