Tuduhan Israel
Di hari yang sama, Israel menyatakan melakukan serangan terhadap reaktor nuklir di Arak, Iran barat laut, yang disebutnya sedang tidak aktif.
Menurut IDF, reaktor itu untuk memproduksi plutonium dalam jumlah tinggi bahan pembuatan senjata nuklir. Mereka menambahkan, serangan itu bertujuan untuk mencegah reaktor tersebut diaktifkan kembali.
Israel membenarkan serangan-serangannya, dengan alasan bahwa Iran hampir mencapai titik tanpa jalan kembali dalam pengembangan program nuklirnya.
Dalam gelombang serangan pertamanya, Israel menewaskan beberapa elite militer Iran, termasuk Komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Hossein Salami dan sejumlah ilmuwan nuklir, termasuk Fereydoon Abbasi, Mantan Kepala Organisasi Energi Atom Iran.
Pihak Iran menyebut, warga sipil, termasuk anak-anak, turut menjadi korban tewas di negaranya.
Militer Israel pada Selasa, 17 Juni 2025, menyatakan telah menguasai sepenuhnya langit Teheran dan menghancurkan sepertiga peluncur rudal milik Iran.
Netanyahu mengatakan pada Jumat, 19 Juni 2025, target serangan-serangan tersebut merupakan operasi militer untuk menghentikan ancaman dari program nuklir Iran terhadap kelangsungan hidup Israel.
Ia menegaskan, operasi itu akan terus berlangsung selama masih ada ancaman yang menyebar. Seorang pejabat militer Israel mengatakan kepada BBC, Iran telah memiliki cukup bahan nuklir untuk membuat bom nuklir dalam hitungan hari.
Sementara itu, Iran bersikeras bahwa mereka tidak pernah berniat mengembangkan senjata nuklir dan bahwa seluruh aktivitas nuklirnya bertujuan damai.
Alasan di Balik Operasi Rising Lion
Operasi Rising Lion sendiri mulai di tengah negosiasi antara Amerika Serikat (AS) dan Iran, mengenai program nuklir pada bulan April 2025 lalu.
Donald Trump sempat berharap bisa mencapai kesepakatan, agar Iran menghentikan pengayaan uraniumnya. Namun, Iran enggan melanjutkan negosiasi pasca serangan Israel.
Tahun lalu, Iran dan Israel juga sempat saling melancarkan serangan udara pada April dan Oktober, meskipun serangan Israel saat itu tidak seluas dan seintens operasi yang tengah berlangsung saat ini. (*)