Jakarta (NTBSatu) – Pemimpin Partai Demokratik Korea Selatan, Lee Jae-myung berhasil menang dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2025. Lee mengalahkan calon dari Partai Konservatif, Kim Moon Soo.
Berdasarkan data resmi Komisi Pemilihan Umum Nasional, Rabu, 4 Juni 2025, dengan 96,74 persen total surat suara yang telah dihitung, secara matematis mustahil bagi Kim mengalahkan Lee.
Kim juga sudah mengakui kekalahannya dari lawannya Lee Jae-myung dalam Pilpres Korea Selatan 2025.
“Saya akan dengan rendah hati menerima pilihan rakyat. Selamat kepada kandidat terpilih Lee Jae-myung,” katanya kepada wartawan, Rabu dini hari waktu Korea Selatan.
Lee Jae-myung pernah menjadi pekerja pabrik. Kini ia akan resmi menjabat Presiden Korea Selatan. Lee pernah bertarung pada Pilpres 2022 lalu, namun kalah dari Yoon Suk Yeol.
Lee sebelumnya menjabat sebagai Wali Kota Seongnam, di selatan Seoul, selama delapan tahun. Ia kemudian menjabat sebagai Gubernur Gyeonggi, wilayah terpadat Korea Selatan yang mengelilingi ibu kota, selama lebih dari tiga tahun.
Pada tahun 2024, seorang pria yang mengaku sebagai pendukung menikam lehernya. Alhasil, Lee Jae-myung langsung dibawa ke rumah sakit untuk operasi darurat.
Tersandung Kasus Hukum
Selain itu, Lee kini sedang tersandung masalah hukum. Termasuk, tuduhan korupsi yang terkait dengan pembangunan real estate dan pelanggaran hukum Pemilu melalui penyebaran informasi palsu.
Ia telah membantah melakukan kesalahan apa pun, dan menegaskan bahwa tuduhan tersebut bermotif politik.
Pada awal Mei 2025 lalu, Mahkamah Agung Seoul membatalkan putusan pengadilan yang membebaskan Lee dari dakwaan hukum pemilu dan memerintahkan pengadilan ulang.
Namun, menjelang pemilu, Pengadilan Tinggi Seoul menunda persidangan hingga setelah pemungutan suara tanggal 3 Juni.
Dengan kemenangan Lee, para ahli hukum memperkirakan akan ada penangguhan persidangan karena kekebalan presiden. Baru bisa berlanjut setelah masa jabatan tunggalnya yang berdurasi lima tahun berakhir pada 2030.
Sebagai informasi, pelaksanaan Pilpres Korea Selatan berlangsung lebih cepat dua tahun dari jadwal. Hal ini akibat pengumuman darurat militer oleh Mantan Presiden, Yoon Suk Yeol yang dimakzulkan Desember 2024 lalu. (*)