Pariwisata

Pasar Seni Senggigi Sepi, Pelaku UMKM Tagih Janji dan Soroti Ketimpangan Pariwisata NTB

Mataram (NTBSatu) – Lesunya aktivitas di Pasar Seni Senggigi, menyisakan keresahan mendalam di kalangan pelaku UMKM. Khususnya, yang menjajakan cendera mata atau oleh-oleh kerajinan lokal.

Minimnya pengunjung, merosotnya omzet, serta ketimpangan perhatian pemerintah terhadap destinasi lama dan baru menjadi sorotan utama.

Heru, penjual cendera mata lokal yang sudah berjualan sejak 1996 dan merupakan warga asli Ampenan, mengatakan, kondisi saat ini jauh dari masa kejayaan Senggigi di akhir 90-an hingga awal 2000-an.

“Dulu, saya bisa jualan sampai Rp2 juta per hari. Sekarang, paling Rp300 ribu, bahkan kadang tidak ada pembeli,” ujarnya kepada NTBSatu, Selasa, 3 Juni 2025.

IKLAN

Ia menjual berbagai kerajinan khas Lombok seperti tenun Sasak, patung, gerabah, rotan ketak, mutiara, lukisan, dan berbagai kerajinan kriya lainnya.

Hantaman pandemi Covid-19 membuat tokonya tutup total dari 2020 hingga 2022, dan baru kembali buka pada 2023. Namun, kondisi belum membaik. Omzet bulanan hanya Rp1 juta hingga Rp2 juta, jauh dari biaya sewa toko tahunan yang mencapai Rp25 juta hingga Rp30 juta.

Heru menyebut mayoritas pembelinya dulu berasal dari luar negeri. Mulai dari Australia, Eropa, hingga wisatawan Asia seperti Thailand dan Malaysia.

“Mereka sangat menghargai kerajinan lokal. Tapi sekarang mereka makin jarang datang,” katanya.

Heru juga menyoroti bagaimana pariwisata NTB selama ini menjadi sektor andalan. Bahkan, di bawah kepemimpinan Iqbal-Dinda, NTB kerap disebut sedang menuju panggung pariwisata dunia. Namun, realita di lapangan tidak seindah narasi.

“Pemerintah sibuk jor-joran memperkenalkan Mandalika di Kuta dengan event besar-besaran, tapi Senggigi seakan dilupakan. Padahal Senggigi adalah wajah pertama pariwisata NTB. Di sini dulu tempat wisatawan pertama-tama mengenal Lombok,” ujarnya.

IKLAN

Ia menekankan, promosi besar-besaran tidak cukup jika tidak beiringan dengan pemberdayaan pelaku usaha kecil.

Heru pun berharap ada gebrakan nyata, seperti atraksi budaya rutin, perbaikan fasilitas, dan dukungan bagi pasar seni agar tidak mati perlahan.

Sebab, Pasar Seni Senggigi memiliki potensi besar sebagai pusat kerajinan dan budaya Lombok. Produk berkualitas dengan harga mulai Rp50 ribu tersedia, namun tanpa kehadiran wisatawan, potensi itu tinggal cerita.

“Kalau ingin NTB dikenal dunia, jangan hanya Kuta Mandalika yang digarap. Senggigi pun perlu dihidupkan kembali. Ini bagian dari sejarah pariwisata kita,” pungkasnya.

Pemerintah Tidak Menutup Mata

Menanggapi hal ini, Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Pariwisata NTB, Chandra Aprinova menegaskan, pemerintah tetap berkomitmen memaksimalkan potensi seluruh destinasi wisata di NTB, termasuk Senggigi.

Ia menyebut, cita-cita menjadikan pariwisata NTB mendunia sebagaimana visi kepemimpinan Iqbal- Dinda tetap menjadi arah utama pengembangan sektor ini.

“Namun untuk tahun ini, memang ada proses konsolidasi dan efisiensi anggaran. Yang membuat beberapa program belum bisa jalan,” jelas Chandra kepada NTBSatu, malam ini.

Meski demikian, ia menegaskan pemerintah tidak menutup mata terhadap kondisi di lapangan dan akan berupaya menyusun strategi lanjutan yang lebih merata dan inklusif. (*)

Berita Terkait

Back to top button