Mataram (NTBSatu) – Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Islam Al-Azhar (Unizar) Mataram, menggandeng Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB dalam kuliah tematik yang digelar di Perpustakaan Unizar, Kamis, 15 Mei 2025.
Puluhan mahasiswa semester II Program Studi Akuntansi terlibat langsung dalam diskusi mendalam bersama Kepala BPS NTB, Dr. Wahyudin, MM, yang hadir sebagai narasumber utama.
Topik utama, ialah sektor jasa sebagai kontributor besar dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) NTB, namun sering kali luput dari sorotan akademik.
“Mahasiswa harus mulai jeli melihat peluang dari struktur PDRB. Sektor jasa bukan hanya tentang perdagangan atau transportasi, tapi juga ruang besar untuk inovasi dan pertumbuhan,” tegas Wahyudin.
Ia juga menyoroti pentingnya literasi data sebagai senjata utama di era ekonomi digital.
Mengambil contoh inflasi, Wahyudin menjelaskan bagaimana data mikro dari 360 komoditas di Kota Mataram dipantau untuk memahami pergerakan harga.
Ironisnya, kenaikan harga mobil misalnya, belum tentu berdampak besar karena tidak mewakili kebutuhan mayoritas masyarakat.
“Inilah pentingnya memahami bobot komoditas. Emas, yang sering dijual saat musim panen, justru punya andil besar dalam inflasi NTB. Ini bukan soal angka semata, tapi bagaimana data membentuk kebijakan,” ujarnya.
Sementara itu, Dosen FEB Unizar, Dr. Drs. Herie Saksono, M.Si., menekankan bahwa kuliah ini merupakan bagian dari transformasi pengajaran yang lebih relevan dan pragmatis.
“Kami ingin mahasiswa tidak hanya hafal teori, tapi bisa menganalisis data, membaca tren, dan mengambil keputusan. Ini bagian dari upaya mencetak lulusan yang siap menjawab tantangan nyata, bukan sekadar mengejar ijazah,” papar Herie.
Lebih jauh, kuliah tematik mendatang akan membahas isu-isu strategis lainnya seperti tingkat pengangguran terbuka, kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), inflasi, hingga digitalisasi data.
“Tema-tema ini akan mengasah kemampuan mahasiswa dalam membaca tantangan ekonomi lokal dengan pendekatan berbasis data,” tukas Herie.
Pertumbuhan Ekonomi Alami Kontraksi
Pada kuartal I 2025, pertumbuhan ekonomi NTB sendiri tercatat minus 1,47 persen secara tahunan, menjadikannya satu dari dua provinsi yang mengalami kontraksi, bersama Papua Tengah.
Di tengah kondisi ini, Herie menyebut, kebutuhan akan SDM yang paham data dan kontekstual menjadi sangat mendesak.
Melalui pendekatan yang lebih kritis dan kontekstual, kuliah tematik ini menjadi langkah nyata pendidikan tinggi dalam menghubungkan kampus dengan tantangan pembangunan daerah.
“Kalau kita tidak melek data, kita akan terus tertinggal. Kuliah ini bukan hanya untuk mahasiswa, tapi untuk masa depan NTB secara keseluruhan,” tutupnya. (*)