Mataram (NTBSatu) – Harga daging sapi segar di Pasar Induk Mandalika, Bertais, Kota Mataram, NTB, melonjak drastis menjadi Rp140 ribu hingga Rp150 ribu per kilogram pada Senin, 5 Mei 2025.
Kenaikan harga ini memicu kekhawatiran masyarakat, terutama menjelang musim haji yang biasanya konsumsi daging meningkat.
Kepala Bidang Bahan Pokok dan Penting (Bapokting) Dinas Perdagangan Kota Mataram, Sri Wahyunida mengungkapkan, harga normal daging sapi segar biasanya hanya berkisar Rp120 ribu sampai Rp125 ribu per kilogram. Kenaikan ini mulai dirasakan sejak dua pekan terakhir.
“Dua minggu terakhir ini harga terus merangkak naik. Dari Rp130 ribu per kilogram, sekarang sudah tembus Rp140 ribu bahkan lebih. Ini bukan kenaikan yang stagnan,” kata Nida.
Menurutnya, penyebab kenaikan ini akibat terbatasnya pasokan sapi lokal. Banyak sapi yang dikirim ke luar daerah, sehingga stok di dalam kota berkurang drastis.
“Banyak pedagang mengeluh karena sapi lokal dikirim keluar. Sementara kebutuhan di dalam kota meningkat, apalagi banyak acara roah menjelang musim haji,” jelasnya.
Stok Daging Beku Kosong
Untuk menstabilkan harga dan pasokan, Pemkot Mataram berencana menghadirkan daging beku sebagai alternatif. Namun, upaya ini terhambat karena stok daging beku pun kini kosong.
“Kami sedang koordinasi dengan distributor daging beku. Kalau stok ada, kami akan dorong distribusi ke pasar-pasar tradisional dan operasi pasar murah. Tapi saat ini, stoknya kosong,” ujar Nida.
CV 88, salah satu distributor besar daging beku di Mataram, mengakui kekosongan tersebut.
“Kami biasanya beli sekaligus 100 ton untuk ayam, bebek, ikan, dan daging. Untuk daging sapi, kambing, domba, dan kerbau hanya sekitar 25 ton. Saat ini stok daging sapi beku hampir tidak ada,” ujar Sales Penjualan CV 88, Dedi.
Yang tersedia hanyalah daging sapi beku premium impor dari Australia dan Selandia Baru dengan harga Rp105 ribu per kilogram.
“Itu pun stoknya sangat terbatas, biasanya hanya untuk hotel-hotel,” katanya.
Ia juga menyebut, pada musim haji tahun lalu, permintaan daging beku meningkat hingga tiga kali lipat.
“Momentum ini sebenarnya bagus, tapi kami belum berani beli karena masih lihat dulu respons masyarakat. Harapan kami tentu ekonomi membaik agar daya beli kembali normal,” tukasnya. (*)