Lombok Barat

Asosiasi Peternak dan Pedagang Sapi Respons Dugaan Pungli di Pelabuhan Gili Mas: Itu Tiket Penumpang Tambahan

Mataram (NTBSatu) – Dugaan praktik pungutan liar (pungli) mencuat di Pelabuhan Gili Mas, Lombok Barat, NTB. Ratusan truk pengangkut sapi tertahan akibat keterbatasan armada kapal, memicu kematian ternak yang signifikan.

Data dari tim LKSA LPEPM Bima mencatat, hanya satu kapal yang beroperasi setiap dua hari dengan daya tampung maksimal 18 truk. Sementara itu, jumlah truk yang tertahan mencapai lebih dari 200 unit. Kondisi ini membuat para peternak menanggung kerugian besar.

Wakil Ketua DPRD NTB, Lalu Wirajaya langsung angkat suara. Ia mendesak instansi terkait segera mengambil langkah konkret agar kerugian peternak tidak terus membengkak.

“Kami minta pemerintah segera bertindak. Ini menyangkut nyawa hewan dan mata pencaharian masyarakat,” ujar Wirajaya, beberapa waktu lalu.

Ia juga mengecam keras dugaan pungli yang dilaporkan terjadi di beberapa titik, termasuk Jembatan Timbang Madapangga, Pelabuhan Pototano, hingga Gili Mas. Peternak menyebut tarif pungli mencapai Rp50.000 per truk.

IKLAN

“Kalau ada bukti, laporkan. Kami siap kawal. Jangan biarkan ada oknum yang memperkeruh keadaan dan menambah beban peternak,” tegasnya.

Wirajaya turut mendorong komisi terkait di DPRD NTB untuk segera turun ke lapangan dan berkoordinasi dengan lintas instansi.

Ia menilai distribusi ternak sebagai urat nadi ekonomi NTB yang tidak boleh terganggu oleh kelalaian birokrasi atau tindakan ilegal.

Namun, Koordinator Asosiasi Peternak dan Pedagang Sapi Bima Indonesia, Furkan Sangiang menyebut, adanya kesalahpahaman terkait dugaan pungli di Pelabuhan Gili Mas.

Ia menegaskan bahwa biaya tambahan yang dibayarkan merupakan tiket penumpang selain sopir dan kernet.

“Sudah kita konfirmasi, ternyata itu tiket penumpang tambahan,” ungkapnya, Selasa, 22 April 2025.

Ia pun menyayangkan lambannya respons pemerintah daerah, khususnya Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal.

“Sekarang sudah 16 ekor yang mati. Pemerintah benar-benar tidak peduli. Gubernur hingga saat ini belum memberikan koordinasi,” ujar Furkan.

Ia menambahkan bahwa jumlah kematian sapi tahun ini meningkat drastis daripada tahun-tahun sebelumnya. “Biasanya paling dua ekor. Sekarang sampai belasan,” ucapnya. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button