BERITA NASIONAL

Penyebab 2 Rekan Fiersa Besari Meninggal Dunia di Puncak Jaya

Lombok Timur (NTBSatu) – Pada Sabtu, 1 Maret 2025, insiden tragis menimpa lima pendaki WNI di Puncak Carstensz Pyramid, Papua. Dua rekan pendaki Fiersa Besari , Lillie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, meninggal dunia akibat cuaca ekstrem yang menyebabkan hipotermia.

Tiga pendaki lainnya selamat, meskipun mengalami kondisi yang mengkhawatirkan.

Rombongan pendaki yang terdiri dari WNI dan beberapa pemandu mulai perjalanan mereka pada 26 Februari 2025. Mereka tiba di Base Camp Yellow Valley Carstensz Pyramid setelah terbang dari Bandara Mozes Kilangin Timika menggunakan helikopter.

Setelah dua hari aklimatisasi, mereka mulai pendakian ke puncak pada 28 Februari.

Pada 1 Maret, tim pendaki mencapai puncak Carstensz Pyramid. Namun, cuaca buruk dengan hujan es dan angin kencang memperburuk situasi.

IKLAN

Dalam perjalanan turun, dua pendaki sekaligus rekan Fiersa Besari Lillie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, mengalami hipotermia parah. Keduanya tidak mampu melanjutkan perjalanan dan akhirnya meninggal dunia di Teras 2.

Saat insiden terjadi, rekan-rekan mereka berusaha memberikan pertolongan. Tim Base Camp yang mendapat laporan langsung mengorganisir bantuan.

Pada pukul 22.46 WIT, pendaki yang lebih dulu turun menginformasikan kondisi di Base Camp.

Esok harinya, upaya evakuasi dilakukan. Tim penyelamat yang terdiri dari pemandu dan pendaki berpengalaman naik kembali untuk mengevakuasi jenazah.

Pada 2 Maret 2025, satu jenazah berhasil diturunkan ke Base Camp, sementara evakuasi jenazah kedua dilakukan pada dini hari.

Tiga pendaki yang berhasil bertahan, yaitu Indira Alaika, Alvin Reggy Perdana, dan Saroni, mengalami gejala hipotermia akibat cuaca ekstrem. Begitupun dengan musisi Fiersa Besari yang ikut dalam pendakian. Mereka segera mendapatkan perawatan setelah berhasil mencapai Base Camp.

Pendakian Puncak Carstensz Pyramid dengan ketinggian 4.884 mdpl memang penuh tantangan, terutama karena cuaca yang tidak dapat diprediksi.

Insiden ini menjadi pengingat bahwa faktor cuaca dan persiapan fisik sangat krusial dalam ekspedisi di medan ekstrem. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button