Kota Bima (NTBSatu) – Gumpalan buih kembali muncul, di perairan Teluk Bima sejak beberapa hari terakhir. Kondisi itu membuat nelayan khawatir, karena limbah itu diduga mengandung racun.
Fenomena munculnya limbah ini, bukan pertama kali terjadi di Teluk Bima. Pada tahun 2022 dan awal 2024, gumpalan buih warna coklat itu muncul lebih banyak. Bahkan saat itu, banyak ikan-ikan mati hingga tempat wisata Pantai Lawata sepi pengunjung.
Dari pantauan, gumpalan buih itu kini sudah menyebar di sepanjang Pantai Lingkungan Oi Niu hingga Pantai Lawata. Kemunculan buih paling banyak terlihat di Lingkungan Wadu Mbolo, tepatnya di depan Pertamina.
“Rencananya mau turun mancing, tapi batal karena ada limbah ini,” kata Mukhlis, pemancing asal Kelurahan Sarae, Kota Bima.
Ia mengaku, tidak tahu persis penyebab munculnya gumpalan buih tersebut. Menurut nelayan setempat kata dia, buih itu berbau dan beracun.
“Kayanya tahu lalu juga pernah terjadi seperti ini. Cuma sekarang penyebarannya tidak sampai ke tengah laut, hanya di pinggir pantai,” kata dia.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bima, Syarief Bustaman mengaku baru mengetahui kembali munculnya fenomena gumpalan buih di sepanjang Pantai Lawata hingga Oi Niu.
“Saya masih di luar kota. Tapi fenomena ini akan kami atensi,” katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, fenomena limbah laut itu lebih menjurus ke jenis lendir laut atau sekumpulan organisme mirip mukus. Sifatnya, mirip gelatin dan cream. Buih ini umumnya tak berbahaya, namun dapat mengandung virus dan bakteri, termasuk E-Coli.
Lendir laut sering muncul di Laut Tengah, dan sempat menyebar ke Laut Marmara Turki. Salah satu penyebabnya karena pemanasan global, juga banyaknya buangan limbah tanpa pengolahan terlebih dahulu, serta akibat naiknya temperatur air laut.
Fenomena ini juga bisa menyebabkan kerusakan jangka panjang pada biota laut, seperti ikan yang mati hingga berdampak pada kesehatan manusia. (*)