Mataram (NTBSatu) – Provinsi NTB menjadi contoh nyata keberhasilan pemanfaatan biogas, dalam mendukung transisi energi berkelanjutan.
Program yang digagas Yayasan Rumah Energi ini memberikan dampak signifikan bagi masyarakat, terutama di pedesaan.
“NTB adalah wilayah yang tepat untuk membuktikan bahwa biogas mampu menjadi solusi energi yang hemat, sehat, dan berkelanjutan,” ujar Project Manager Yayasan Rumah Energi, Krisna Wijaya kepada NTBSatu, Rabu, 8 Januari 2025.
Melalui program ini, 10 unit biogas rumahan telah terpasang untuk memenuhi kebutuhan energi sehari-hari. Kemudian, 2 solar dryer dome yang berfungsi untuk mendukung pengolahan hasil pertanian. Serta, 1 solar rooftop dimanfaatkan untuk pemrosesan produk lokal seperti kopi.
Krisna menjelaskan, biogas tidak hanya memberikan manfaat energi, tetapi juga mendukung perekonomian masyarakat. Pengolahan limbah organik menjadi bio-slurry telah membantu keluarga menghemat pembelian pupuk sintetis dan meningkatkan kesuburan tanah.
Program ini juga fokus pada pemberdayaan perempuan. Sebanyak 50 perempuan mendapat pelatihan menggunakan Gender Action Learning System.
“Mereka diajarkan teknologi energi terbarukan, serta literasi keuangan untuk meningkatkan pendapatan keluarga,” terang Krisna.
Namun, ia menggarisbawahi, NTB masih menghadapi tantangan besar. Tingkat ketimpangan gender yang tinggi, minimnya infrastruktur, serta rendahnya kesadaran masyarakat tentang energi terbarukan menjadi hambatan utama.
“Tapi kami optimistis. Dengan dukungan semua pihak, NTB bisa menjadi model transisi energi yang sukses,” tegas Krisna.
Ia menerangkan, program biogas ini berkontribusi pada pengurangan emisi karbon, efisiensi energi, dan keberlanjutan lingkungan.
Selain itu, program ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Pemprov NTB. Khususnya dalam pengentasan kemiskinan, kesetaraan gender, dan aksi perubahan iklim.
“Biogas bukan hanya soal energi, ini tentang membangun masa depan yang lebih baik. Kami ingin NTB menjadi inspirasi bagi provinsi lain di Indonesia,” pungkas Krisna. (*)