Mataram (NTBSatu) – Pantauan NTBSatu di lokasi, kondisi di wilayah Bima pada umumnya saat ini diselimuti kabut. Ada yang mengaitkan dengan sebaran abu vulkanik bekas letusan Gunung Lewotobi Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Hal ini menyusul adanya pembatalan penerbangan di Bandara Udara Sultan Muhammad Salahuddin Bima, siang tadi.
Perihal itu Prakirawan Stasiun Meteorologi Sultan Muhammad Salahuddin Bima, Jumratul Aida menjelaskan, berdasarkan hasil papper test Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima pukul 15.00 Wita, menunjukan hasil negatif debu vulkanik.
Sehingga, ia menyimpulkan, kabut yang terjadi bukan karena debu vulkanik Gunung Lewotobi. Kabut yang terjadi sore ini merupakan udara kabur (haze). Terjadi karena adanya partikel kering yang melayang di udara dalam jumlah yang cukup banyak.
“Partikel ini tertahan atau terhambat pergerakannya ke lapisan yang lebih tinggi akibat adanya penebalan lapisan invresi. Yaitu, lapisan di atmosfer di mana suhu lapisan atas lebih tinggi daripada suhu di lapisan bawah,” jelas Jumratul kepada NTBSatu, Selasa, 12 November 2024.
Kondisi ini, lanjut Jumratul, dapat mengganggu aktivitas masyarakat dalam berkegiatan. Baik penerbangan maupun pelayaran.
“Haze ini dapat mengurangi jarak pandang kurang dari 5 kilometer,” ujarnya.
Sebelumnya, sejumlah penerbangan dari dan menuju ke Bandara Udara Sultan Muhammad Salahuddin Bima dibatalkan.
Pertimbangan pembatalan penerbangan pesawat ini karena adanya sebaran debu vulkanik dari letusan Gunung Lewotobi, Kabupaten Flores Timur, NTT.
“Pembatalan pesawat yang siang ini karena adanya sebaran debu vulkanik yang di
prediksi mengarah ke wilayah Bima,” kata Jumratul kepada NTBSatu, Selasa, 12 November 2024. (*)