Kota Bima (NTBSatu) – Per Januari 2024, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi NTB tercatat sebanyak 358 kasus. Dari jumlah tersebut, 10 kasus ditemukan di Kota Bima.
Sementara kasus DBD terbanyak ditemukan di Lombok Tengah dengan 122 kasus. Kemudian Sumbawa Barat 53 kasus, Kota Mataram 42 kasus, dan 40 kasus ditemukan di Lombok Barat.
Sementara di Lombok Utara ditemukan 35 kasus, 21 kasus di Lombok Timur dan Sumbawa, serta 12 kasus di Kabupaten Bima.
“Yang paling sedikit ditemukan di dompu, hanya 2 kasus,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi NTB, Lalu Hamzi Fikri, Senin, 4 Maret 2024.
Fikri menjelaskan, DBD sangat identik dengan musim hujan. Berdasarkan pola tren kasus DBD dari tahun ke tahun, terjadi peningkatan kasus pada awal tahun. Salah satu penyebab utamanya dipicu oleh kondisi cuaca.
Berita Terkini:
- Gembar-gembor NTB Mendunia, Petani Jagung Menjerit Akibat Harga Anjlok
- Peternak Sapi Demo di Pelabuhan Gili Mas, 14 Ekor Mati karena Dehidrasi
- Maia Estianty Kenang Kebaikan Hotma Sitompul dan Sesal Rossa Lewatkan Telepon Terakhir Mendiang Titiek Puspa
- iPhone 17 Segera Meluncur, Bentuk Kameranya Jauh Berubah
“Perkiraan peningkatan kasus DBD masih akan terjadi pada awal bulan Maret dan diperkirakan akan menurun di akhir Maret mengikuti pola musim,” jelasnya.
Tahun 2023, ujarnya, kasus DBD di NTB mencapai angka 3.449 kasus. Target jumlah persentase angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) DBD Provinsi NTB adalah kurang dari 1 persen. Pada Desember 2023, CFR NTB telah mencapai 0,72 persen.
“Namun Incident Rate (angka insiden) Provinsi NTB yang berada di angka 63,25 persen di tahun yang sama perlu menjadi atensi lebih,” ujar Fikri.
Secara umum kasus DBD di NTB mengalami kenaikan pada awal tahun, kemudian menurun menjelang pertengahan tahun dan sedikit meningkat menjelang akhir tahun.
“Hal ini salah satunya dipengaruhi musim pancaroba (peralihan musim dari kemarau ke musim hujan),” bebernya.
Pencegahan dan pengendalian DBD dapat terus dilakukan melalui upaya promotif dan preventif, baik dengan edukasi secara langsung maupun tidak langsung melalui informasi di media sosial.
Perlu diketahui, kasus kematian akibat DBD terjadi sebagian besar disebabkan terlambatnya penderita dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga peran masyarakat juga sangat dibutuhkan dalam penanganan kasus DBD.
“Apabila merasakan gejala DBD, masyarakat diimbau untuk dapat segera membawa penderita ke Rumah Sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat,” imbuhnya. (MYM)