HEADLINE NEWSKabupaten Bima

Jenazah Pengamen yang Meninggal di Halaman Puskesmas Woha Dipulangkan ke Lombok

Mataram (NTBSatu) – Salah seorang pengamen asal Lombok di Kabupaten Bima, Andi ditemukan meninggal di Puskesmas Woha, Jumat, 31 Agustus 2024 malam. Jenazah almarhum usia 19 tahun itu dipulangkan ke kediamannya, Senin, 2 September 2024.

Bupati Bima, Indah Dhamayanti Putri alias Umi Dinda langsung melepas kepulangan jenzah tersebut.

“Upaya pemulangan jenazah tersebut kami lakukan setelah pihak keluarga menyampaikan keinginan agar penguburan jenazah dilakukan kampung halamannya,” kata Umi Dinda, Senin, 2 September 2024.

Terhadap meninggalnya Andi, pihaknya masih memastikan ada atau tidaknya pelanggaran Prosedur Tetap (Protap) pelayanan medis terhadap korban. Sebab, terdapat dugaan, tim kesehatan Puskesmas Woha mengeluarkan pengamen asal Lombok itu dari ruang rawat inap karena tak mampu membayar biaya perawatan.

Umi Dinda mengaku, sudah menginstruksikan kepada Inspektur Kabupaten Bima untuk melakukan pemeriksaan para petugas medis. Terutama, yang menangani korban saat perawatan di unit pelayanan kesehatan.

“Atas nama Pemkab Bima, kami menyerahkan uang santunan senilai Rp5 juta kepada keluarga korban,” ujarnya.

Kronologi Kejadian

Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan atau Prokopim Setda Kabupaten Bima, Yan Suryadin mengaku, Puskemas Woha telah menangani pasien tersebut.

Dua hari sebelum kejadian, sekelompok anak-anak dari Sumba membawa korban ke Puskesmas Woha pada Rabu, 28 Agustus 2024 sekitar pukul 21.15 Wita.

Dugaannya, dua hari tersebut, Andi tidak mendapatkan perawatan medis. Saat itu, keluhannya adalah mual dan muntah.

“Pasien tidak makan dan minum sejak beberapa hari lalu. Yang bersangkutan hanya mau menghirup lem fox, pasien riwayat mengkonsumsi lem sudah lama,” katanya kepada NTBSatu, Senin, 2 September 2024.

Kemudian, pada Kamis, 29 Agustus 2024, sekitar pukul 09.30 Wita, tim medis mengatakan kondisi pengamen asal Lombok itu membaik. Tidak lagi muntah dan nyeri ulu hati. Pihak puskemas pun memperbolehkan Andi pulang.

Siang harinya, pasien tersebut sudah lepas infus dan sadar. Perawat membelikannya makanan dan uang saku untuk membeli makan.

Yan mengatakan, sore harinya pasien meminta nasi kepada perawat dengan suara lantang. Kemudian sekitar pukul 22.00 Wita, tim kesehatan membawa Andi ke IGD Puskemas Woha. Alasannya, karena ia tak bisa buang air besar dan tidak mau mengganggu pasien lain.

Lalu, pada Jumat 30 Agustus 2024, petugas memandikan Andi dan memberinya gitar yang biasa ia gunakan untuk mengamen.

Sekitar pukul 22.30 Wita, perawat B dari IGD PKM Woha membawa makanan dan minuman untuk pasien yang sedang duduk di taman. Namun saat perawat membangunkannya, tidak ada reaksi dan tanda-tanda adanya pernapasan.

Kemudian, perawat memanggil petugas medis lainnya dan aparat polisi terdekat untuk membawa pasien ke dalam ruangan UGD.

“Untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut tanda-tanda vitalnya. Dan saat itu tim kesehatan mengatakan korban meninggal dunia,” kelitnya.

Petugas kemudian menghubungi dan mengantar jenazah korban ke RSUD Bima sekitar pukul 01.00 malam.

Hingga saat ini, Kepala Puskesmas Woha, dr. Dewi Puspaningsih belum merespons permintaan keterangan terkait kematian pria usia 19 tahun tersebut. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button