Mataram (NTBSatu) – Guru Pendidikan Luar Biasa (PLB) sangat kurang untuk Sekolah Luar Biasa (SLB) di NTB. Hal ini telah terjadi sejak lama.
Kondisi ini pun makin parah dengan tidak adanya perguruan tingi di NTB yang memiliki Prodi PLB. Maka, FKIP Unram akan segera membuka Prodi PLB.
Dekan FKIP Unram, Lalu Zulkifli mengaku telah mendapat dorongan dari sejumlah pihak, misalnya Dinas Dikbud NTB untuk membentuk Prodi PLB. Ia akan segera membentuk tim task force untuk mempersiapkan pembentukan Prodi PLB.
“Kami menargetkan bentuk tim task force, termasuk menyusun siapa ketua Prodi dan dosen-dosennya yang memiliki kapabilitas dan kompetensi untuk mengajar,” ujar Lalu Zulkifli.
Zulkifli mengaku, akan membutuhkan waktu untuk pembentukan Prodi PLB. Meski demikian, ia optimis pembukaan Prodi PLB paling lambat pada tahun 2025 nanti.
“Kami diskusi dulu. Karena, perlu ada perangkat dan kompetensi dosen yang terlibat di situ. Kalau kurikulumnya, saya pikir bisa tersesuaikan dengan tim yang kami buat,” ujarnya.
Prodi PLB nantinya akan berada di bawah FKIP Unram. Zulkifli akan mendapatkan masukan dari sejumlah pihak seperti dari Inovasi dan Dikbud NTB untuk membuka Prodi SLB.
Beberapa tahun lalu sudah muncul rencana pembentukan Prodi PLB di FKIP Unram, tetapi terkendala sejumlah hal, salah satunya pandemi Covid-19.
Berysukur Prodi PLB Bakal Buka
Sementara itu, Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Khusus Dinas Dikbud NTB, Eva Sofia Sari mengaku bersyukur FKIP Unram akan membuka Prodi PLB. Sebelumnya, ia telah mendorong FKIP Unram membuka Prodi PLB untuk mengatasi kekurangan guru PLB di SLB.
“Sangat baik bila FKIP sebagai wadah pencetak guru mengupayakan ini (pembukaan Prodi PLB),” ujar Eva.
Nantinya, dengan adanya Prodi PLB di FKIP Unram, lulusan SMA yang ingin kuliah dan memilih jurusan PLB tidak perlu ke luar NTB lagi. Mereka bisa melanjutkan pendidikan di NTB, sekaligus bisa mengatasi kekurangan guru PLB di SLB NTB.
“Sehingga para lulusan SMA yang ingin kuliah dan memilih jurusan PLB tidak perlu ke luar NTB lagi seperti ke Malang, Yogjakarta atau pun Makassar,” pungkas Eva. (*)