Daerah NTB

Event Alunan Budaya Minim Dukungan Pemprov NTB

Lombok Timur (NTBSatu) – Penyelenggaraan festival Alunan Budaya Desa Pringgasela Ke-8 kini sudah di depan mata. Ketua Panitia ABD Pringgasela 8, Ahmad Fery, mengungkapkan persiapan pihaknya kini sudah mencapai 80 persen.

Meski penyelenggarannya tingggal menghitung hari, ungkap Fery, namun festival yang masuk dalam Karisma Event Nusantara atau KEN 2024 itu belum mendapat sedikitpun dukungan materil dari Pemprov NTB.

“Belum ada bantuan sampai sekarang, masih wacana membantu saja,” kata Fery dalam Konferensi Pers ABD Pringgasela 8, Senin, 8 Juli 2024.

Fery menyebut, pada sektor pemerintahan, bantuan baru hanya datang dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Timur.

“Kalau dari Kementerian, kami tidak menerima bantuan fresh money, tapi dalam bentuk barang dan jasa,” ucap Fery.

Meski tidak adanya bantuan dari Pemprov NTB, lanjut Fery, pihaknya tetap menggenjot persiapan, serta optimis event akbar tersebut akan berjalan meriah. Terlebih dengan tingginya partisipasi kelompok muda.

Alunan Budaya Pringgasela Berlangsung Sepekan

Adapun Alunan Budaya Desa Pringgasela Ke-8 akan diselenggarakan selama sepekan penuh, yaitu pada 13 hingga 20 Juli 2024.

Alunan Budaya Desa Pringgasela
Poster Alunan Budaya Desa Pringgasela, Lombok Timur, 2023. Foto: Istimewa

Festival tersebut akan dipadati oleh sejumlah kegiatan menarik, mulai dari pawai budaya, hiburan rakyat, car free day, bazaar, launching buku alunan budaya, karnaval kain tenun, hadrah, dan sebagainya.

Festival tenun yang berpusat di Tugu Mopra Pringgasela itu pada tahun ini mengusung tajuk “Benang Merah”. Tokoh Budaya Pringgasela, Sareh Erwin, menjelaskan tajuk tersebut melambangkan keterhubungan antar zat, khususnya pada manusia.

“Filosofi benang merah ini adalah menjaga silaturrahim antar semua manusia. Silaturrahim kita dengan orang Australia, orang Eropa dan sebagainya. Seperti yang terlihat dalam sektor pariwisata kita,” ucap Erwn.

Ia pun menegaskan, menenun sebagai tradisi warisan nenek moyang. Budaya ini sekaligus menjadi identitas masyarakat Sasak harus terus terjaga dan turun ke tiap generasi.

“Alhamdulillah regenerasi penenun kita di Pringgasela semakin bertambah. Karena memang sudah kita ajarkan sejak mereka dini,” ujar Erwin.

Sementara itu, upaya konfirmasi NTBSatu ke Kepala Dinas Pariwisata NTB, Jamal Malady belum mendapat tanggapan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button