Kota Bima (NTBSatu) – Pemerintah Kota Bima kembali menggelar Video Conference (Vicon) Rapat Koordinasi (Rakor) dalam rangka pengendalian inflasi serta penanggulangan TBC dan polio di daerah untuk tahun 2024. Acara ini berlangsung di ruang rapat Wali Kota Bima dan dipimpin oleh Kepala Bappeda Kota Bima, Drs. Adisan. Senin, 8 Juli 2024.
Vicon Rakor ini di ikuti oleh seluruh Kepala Daerah baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan. Rapat ini bertujuan untuk meninjau progres Kick Off yang telah dilaksanakan pada tanggal 10 Juni lalu.
Drs. Adisan menekankan pentingnya kerjasama semua pihak dalam mengendalikan inflasi yang berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat.
“Inflasi yang terkendali adalah kunci untuk menjaga daya beli masyarakat dan stabilitas ekonomi daerah. Oleh karena itu, kita harus bekerja sama untuk memastikan bahwa harga-harga kebutuhan pokok tetap terjangkau,” ujarnya.
Selain membahas pengendalian inflasi, rakor ini juga difokuskan pada penanggulangan penyakit TBC dan polio. Dirjen Bangda Kemendagri Ardy Daud mengungkapkan bahwa penanganan kedua penyakit ini memerlukan perhatian khusus mengingat dampaknya yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat.
“Oleh karena itu, agar progres di 38 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota bisa terdeteksi dengan baik, langkah penanganan percepatan penanggulangan TBC maupun polio yang akan kita agendakan pada hari ini bisa dilaksanakan bersama-sama, baik dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,” ujar Dirjen Bangda Kemendagri.
Dirjen Ardy Daud juga menegaskan bahwa target penurunan insidensi tuberkulosis di tahun 2030 adalah sebesar 80%, menjadi 65 per 1.000 penduduk, serta penurunan angka kematian menjadi 6 per 100.000 penduduk. Dan Saat ini, insidensi TBC masih berada di angka sekitar 250 per 100.000 penduduk.
“Karena mengukur insidensi itu cukup sulit, maka kami memiliki tiga indikator prooksi yang bisa dimonitor baik di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, bahkan sampai di Kecamatan,” lanjut Ardy Daud.
Tiga indikator tersebut adalah treatment coverage (penemuan kasus), success rate (keberhasilan pengobatan), dan terakhir pemberian terapi pencegahan tuberkulosis kepada kontak serumah.
Secara nasional, Ardy Daud menjelaskan bahwa selama pandemi COVID-19 pada tahun 2020-2021, penemuan kasus TBC dan pengobatan terhadap penderita sudah dilakukan. Dan Tahun 2024 diperkirakan akan ada sekitar 192.000 penderita baru, hingga saat ini secara nasional telah ditemukan hampir 350.000 kasus dengan tingkat pengobatan mencapai sekitar 87%.
Tak hanya itu, Dirjen Ardy Daud juga menyinggung tentang strategi dan upaya penanggulangan TBC di dunia, Ia menyebutkan bahwa Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2021 merupakan salah satu bentuk komitmen Pemerintah.
“Setahu saya, di dunia hanya Indonesia yang presidennya sampai membuat peraturan presiden, karena beliau menganggap bahwa TBC adalah permasalahan serius yang harus diselesaikan,” tutupnya.
Vicon ini diakhiri dengan harapan dapat menghasilkan rekomendasi dan langkah-langkah konkrit yang akan diimplementasikan dalam waktu dekat. (AR/*)