BERITA LOKALDaerah NTBKota BimaPolitik

Lawan Dae Yandi di Pilkada Kabupaten Bima Tiarap, Dominasi Keluarga Istana akan Langgeng?

Kota Bima (NTBSatu) – Tahapan pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 sudah mulai. Meski demikian, dinamika politik di Kabupaten Bima khususnya masih terlihat “adem ayem” atau melandai.

Sejauh ini, baru Ketua DPRD Kabupaten Bima, Muhammad Putera Ferryandi atau akrab disapa Dae Yandi yang gencar melakukan pendaftaran penjaringan bakal calon Bupati Bima di sejumlah partai politik (parpol).

Parpol tempat Dae Yandi mendaftar antara lain, PAN, Gerindra, PPP, NasDem, Demokrat, PDIP, Hanura, Gelora, PKB, dan PBB. Bahkan, beberapa parpol seperti Hanura, PKB, dan NasDem sudah mengeluarkan rekomendasi.

Sementara itu, sejumlah figur yang disebut sebagai penantang Dae Yandi di Pilkada Kabupaten Bima, nampak belum menunjukkan keseriusannya.

Justru kabarnya, sejumlah parpol malah rebutan kursi calon wakil bupati dari putra sulung Bupati Bima, Hj. Indah Dhamayanti Putri (IDP) itu.

Hal ini bukan tanpa sebab, berbagai kalangan menyebut Dae Yandi ini memiliki kekuatan yang mumpuni di Pilkada Kabupaten Bima. Baik dari segi finansial ditambah Ibunya IDP masih menjabat sebagai Bupati Bima.

Sejak tahun 2005 hingga kini, kepemimpinan Pemerintahan Kabupaten Bima, masih diisi oleh dinasti Istana Kesultanan Bima.

Dijajaran eksekutif dipimpin oleh Istri Almarhum H.Ferry Zulkarnain (Sultan Bima ke-XVI), Hj. Indah Dhamayanti Putri. Sedangkan di legislatif dipimpin oleh putra Mahkota Kesultanan Bima, Muhammad Putera Ferryandi.

Pengamat Politik sekaligus Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Prof. Kadri mengatakan, dominasi keluarga istana dalam memimpin Kabupaten Bima telah menjadi pemahaman umum.

Dalam sejarahnya, misalnya ada Almarhum H.Ferry Zulkarnain (Sultan Bima ke-XVI), yang menjabat dari tahun 2005 – 2015. Kemudian dilanjutkan oleh istrinya, Hj. Indah Dhamayanti Putri hingga sekarang.

Bahkan, diyakini sekarang, nama Dae Yandi menjadi yang terkuat pada Pilkada Kabupaten Bima 2024 mendatang.

“Dominasi itu benar adanya, dalam hitungan kasarnya memang kuat. Tapi menurut saya bukan berarti bahwa tidak ada yang bisa mengalahkannya. Karena politik ini kan juga dinamis,” kata Prof. Kadri kepada NTBSatu, kemarin.

Prof. Kadri menilai, kans Dae Yandi untuk memenangkan Pilkada Kabupaten Bima terbilang cukup besar.

Sebab, kembali terpilihnya dia dalam Pileg 2024 kemarin menunjukkan, Ketua DPRD Kabupaten Bima itu memiliki elektabilitas yang tinggi dikalangan masyarakat.

Di tambah ibunya saat ini sedang menjabat sebagai Bupati Bima. Sehingga konsolidasi suara tidak hanya lewat partai, tapi banyak instrumen politik yang bisa digunakan, seperti gerakan-gerakan ASN misalnya.

“Gerakan ASN ini juga tidak bisa diremehkan, justru setahu saya kontribusi ASN ini juga besar dengan berbagai “pressure” dan ini berlaku di mana-mana, tidak hanya di Bima saja,” jelasnya.

Menurutnya, gerakan seperti ini sudah menjadi tradisi dalam kontestasi yang melibatkan petahana atau incumbent atau siapa yang didukung incumbent.

“Selalu menjadikan ASN itu berpartisipasi dan berpartisipasinya juga bukan hanya suara menurut saya, termasuk sumber daya ekonomi yang mereka miliki juga,” bebernya.

Dosen Prodi Komunikasi Penyiaran Islam UIN Mataram itu menjelaskan, meski dominasi dan kansnya Dae Yandi ini besar, bukan berarti tidak ada yang mengalahkannya.

Menurutnya, untuk memutus dominasi keluarga Kesultanan dalam memimpin Kabupaten Bima, bakal calon yang menjadi lawan Dae Yandi nanti harus memiliki modal banyak.

Sebab, pergerakan politik kekinian sekarang dan berangkat dari pengalaman Pileg kemarin. Pemilih di Bima banyak yang pragmatis.

Sehingga menyikapi pemilih yang pragmatis itu harus dihadapi dengan persiapan-persiapan yang pragmatis juga.

Selain itu, figur yang akan maju nanti, harus memiliki kriteria yang tidak dimiliki oleh Dae Yandi. Misalnya tokoh agama atau orang yang religius.

“Yandi ini bukan figur religius, sehingga kekosongan ini bisa juga penting menurut saya. Muda juga, Yandi ini termasuk figur muda, tapi belum menunjukkan gaya-gaya anak muda, cara dia berpenampilan juga tidak terlalu muda-muda banget. Ini juga bisa diimbangi oleh calon-calon lain,” jelasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button