Lombok Timur (NTBSatu) – Dewan Kesenian Kabupaten Lombok Timur buka suara terkait ramainya polemik penolakan orkestra jalanan kecimol di Lombok Timur.
Salah satunya kericuhan akibat pelarangan kecimol di Desa Gereneng, Kecamatan Sakra Timur, Kabupaten Lombok Timur, belum lama ini.
Ketua Umum Dewan Kesenian Lombok Timur, Ashwan Kailani, mengatakan pelarangan aktivitas kecimol mestinya dikaji secara dalam dan multiperspektif.
“Terkait pembubaran dan lain sebagainya, yang pasti akan berdampak kerugian dari para pihak yang terlibat (pelaku kecimol),” kata Ashwan, Rabu, 5 Juni 2024.
Menurutnya, kecimol merupakan sebuah seni yang dihasilkan oleh personal atau kelompok masyarakat yang lahir dari daya pikir untuk menciptakan sesuatu yang baru, dan bisa dinikmati oleh masyarakat.
Ia juga sangat mengapresiasi hadirnya entitas baru musik yang bernama kecimol, beserta konsep penyajiannya sebagai pengiring atau musik penghibur pada acara perkawinan dan lainnya.
Berita Terkini:
- Pengendalian Inflasi NTB Telan Anggaran Rp295,33 Miliar
- Pembalap ARRC 2024 Sempatkan Nikmati Mandalika Sebelum Balapan
- Didampingi Staf Ahli Wapres, Aji Rum Kawal Penuntasan Lahan Pembangunan IAIN Bima
- Inspektorat Audit Investigasi Keuangan Rp32 Miliar PT GNE
- Aktivis Mahasiswa Lombok Timur Desak Dirut RSUD Soedjono Dipecat
“Selaku praktisi dan akademisi seni di Lombok Timur, sudah pasti saya tidak menolak kehadiran kecimol di Lombok Timur. Namun saya perlu mempertegas bahwa segala karya seni itu adalah buah dari kreativitas yang penting untuk diberikan apresiasi,” ucapnya.
Namun, lanjut Ashwan, di satu sisi semua pihak juga harus mengkaji bentuk dan fungsi dari kecimol, supaya karya seni tidak terdiskreditkan. Pun pelaku seni tidak semena mena dalam mengekspresikan kesenian.
“Tidak ada karya seni yang tidak indah. Maka mari kita bijak dalam berkesenian, supaya kesenian itu diterima dengan baik tanpa protes atau diasingkan,” ujarnya. (MKR)