Hati-hati Peredaran Tabung Gas Oplosan di Kota Bima

Kota Bima (NTBSatu) – Di tengah mahal dan langkanya keberadaan tabung gas di Kota Bima sekarang, justru dijadikan sebagai peluang bisnis bagi oknum yang tidak bertanggung jawab.
Berbagai cara dilakukan, seperti sengaja menyetok barang tersebut dalam jumlah banyak, sehingga menjualnya dengan harga tinggi.
Bahkan, demi meraup untung banyak, oknum di Kota Bima sengaja memproduksi tabung gas tersebut dengan campuran bahan oplosan.
AR (inisial) warga asal RT 01 RW 01 Lingkungan Lela, Kelurahan Jatibaru Barat, Kecamatan Asakota, Kota Bima, merupakan orang dibalik penjualan tabung gas oplosan tersebut.
Akibat perbuatannya itu, kini AR diamankan oleh pihak Polres Bima Kota.
Diceritakan Wakapolres Bima Kota, Kompol Herman, modus operandi AR adalah, membeli gas 3 kilogram subsidi dari pengecer di Kota Bima dan mengumpulkannya di rumah.
Berita Terkini:
- Berdampak Nyata untuk Lingkungan, Mahasiswa KKN Ummat Edukasi Warga Desa Sangiang Kelola Sampah Plastik dan Limbah Rumah Tangga
- Moneter Longgar dan Dana Segar: Momentum Daerah Perkuat UMKM dan Padat Karya
- Butuh Triliunan Rupiah Rehabilitasi 182 Hektare Lahan Kritis di NTB
- Festival Literasi Ceria, Mahasiswa KKN STKIP Taman Siswa Bima dan Anak-anak Matakando Rayakan Belajar dengan Gembira
- Warga NTB Dapat Diskon 50 Persen Beli Tiket MotoGP Mandalika 2025
AR kemudian membeli tabung gas non-subsidi kosong ukuran 5,5 kilogram dan 12 kilogram.
Dengan menggunakan regulator kopling, gas dari tabung 3 kilogram dipindahkan ke tabung non-subsidi yang lebih besar, menggunakan es batu untuk mendinginkan proses transfer gas.
Setelah tabung non-subsidi terisi, AR memasang segel yang dibeli secara online dan menjual gas oplosan tersebut dengan harga lebih tinggi di wilayah Rasanae Barat dan Raba.
“Setelah tabung non-subsidi terisi, dia memasang segel yang dibeli secara online dan menjual gas oplosan tersebut dengan harga lebih tinggi,” bebernya.
Dari setiap tabung gas oplosan 12 kilogram non-subsidi, AR mendapatkan keuntungan sebesar Rp55.000, sementara dari tabung 5,5 kilogram non-subsidi dia mendapat untung Rp20.000 per tabung. (MYM)