Hukrim

Oknum Pimpinan Ponpes yang Tuduh Jin Setubuhi Santri, Kabur dari Lombok Barat

Mataram (NTBSatu) – Oknum pimpinan salah satu pondok pesantren (Ponpes) di wilayah Sekotong, Lombok Barat inisial MA yang diduga melecehkan santrinya, melarikan diri atau kabur.

Rupanya MA melarikan pasca kejadian perusakan pondok pada, Kamis, 9 Mei 2024 dini hari. Hingga saat ini, keberadaan oknum pimpinan ponpes tersebut belum diketahui pihak kepolisian.

“Sampai hari ini (pimpinan ponpes) melarikan diri, belum ditemukan polisi,” kata Direktur Badan Konsultasi dan Bantuan Hukum (BKBH) Unram, Joko Jumadi kepada wartawan, Senin, 13 Mei 2024.

Ternyata korban MA tidak hanya satu orang. Untuk sementara, baru lima santriwati yang melapor. Mereka sebagian besar masih berusia di bawah umur dan sama-sama mengaku dilecehkan MA. Kejadian dialami korban pada tahun 2023.

“Usia korban belasan tahun,” jelas Joko.

Tak sampai di situ. Di antara korban ada yang diancam akan dikeluarkan dari pondok pesantren jika menceritakan dirinya telah dilecehkan. Selain itu, santri juga diiming-imingi mendapatkan mendapatkan ilmu.

Tindakan bejat pelaku terungkap setelah salah satu korban tidak mau kembali ke pondok. Dia menceritakan bagaimana perbuatan MA kepada orang tuanya.

Setelah mendengar itu, keluarga korban tersebut berinisiatif mengumpulkan orang tua lain santriwati yang juga menjadi sasaran nafsu pelaku. Setelah itu mereka bersama-sama menemui MA didampingi salah satu tokoh masyarakat setempat.

Berita Terkini:

Namun bukannya mengaku, pelaku justru mengelak dan mengatakan bahwa yang melakukan pelecehan adalah makhluk gaib atau jin.

“Kalau dia ngaku, minta maaf, kasus ini tidak berlanjut. Tahun lalu 2023. Ada yang Oktober, ada bulan Mei.

Selang beberapa waktu, salah satu keluarga korban bertemu pihak pelaku. Namun, istri pelaku mencetus dan mengelak perbuatan suaminya.

“Tapi dijawab ketus oleh istri pelaku, ‘emang anak kamu hamil. Ngapain ribut-ribut kalau ndak hamil’,” kata Joko mengikuti celetukan istri MA.

Itulah yang menyulut emosi warga hingga berujung pada perusakan gedung pondok pesantren.

Saat ini, sambung Joko, psikologi korban masih mengalami tekanan. Beruntungnya pihak keluarga dengan kepala dingin membantu memperbaiki kondisi anak-anaknya.

Kaburnya MA juga dibenarkan Kapolres Lombok Barat, AKBP Bagus Nyoman Gede Junaedi. “Pelaku masih dicari dan belum ditemukan,” katanya kepada NTBSatu.

Diakui Kapolres, pihaknya telah menerima laporan dari korban. Saat ini sejumlah saksi, termasuk korban telah dimintai keterangan. Kepolisian juga masih menunggu hasil visum.

“Kasusnya masih di penyelidikan,” jelasnya.

Jumlah korban, sambung Junaedi, lebih dari satu. Saat disinggung apakah di antara santriwati sudah ada yang disetubuhi, Kapolres mengaku belum bisa menjawab.

“Untuk persetubuhan, nanti tergantung hasil visum. Saat ini (visum) belum kami kantongi,” tutupnya. (KHN)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button