Mataram (NTBSatu) – Konflik antara Iran dan Israel berdampak terhadap harga minyak dunia. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual yang memproyeksi harga minyak dunia bakal naik menjadi US$100 per barel.
Dikutip dari Detik, hal tersebut akan berdampak pada kenaikan harga BBM nonsubsidi Pertamina hingga Rp16 ribu per liter.
Proyeksi tersebut diperoleh dengan mempertimbangkan posisi Iran sebagai produsen minyak yang penting di dunia. David juga mengatakan, harga BBM dalam negeri bakal terimbas jika konflik terus memanas.
“Ini sebelum perang saja saya melihat kemungkinan seharusnya mirip dengan retailer yang lain, Rp15 ribu hingga Rp16 ribu, jika Israel menyerang balik bakal mengarah ke harga minyak 100 dolar AS,” ucap David yang dikutip dari Detik.
Proyeksi kenaikan harga BBM Pertamina juga berdasarkan kecenderungan harga minyak dunia yang bergerak di rentang $85-$95 per barel.
Berita Terkini:
- Dua Mahasiswa FAI Ummat Raih Prestasi Gemilang di MTQ Mahasiswa Nasional 2024
- Petugas Pengamatan Sebut tak Ada Erupsi dan Gempa di Gunung Sangeangapi
- BPBD: Kebakaran Ilalang, Bukan Erupsi Gunung Sangeangapi
- Satpol PP NTB Berantas 7.612 Batang Rokok llegal di Lombok Tengah
Kisaran harganya bisa menjadi lebih tinggi ke depannya jika konflik terus berlanjut.
Selain itu, melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS juga turut menjadi faktor kenaikan harga BBM. Hingga kini, nilai rupiah sudah menyentuh Rp16 ribu per dolar AS.
“Nanti di awal minggu besok, mulai kelihatan dampaknya ke harga minyak dan juga ke indeks dolar,” kata David.
Menurut David, yang paling dikhawatirkan dari kenaikan harga minyak dan pelemahan rupiah tersebut adalah imbasnya pada anggaran subsidi BMM dalam APBN. Selain itu, Pemerintah mestinya juga mewaspadai potensi inflasi beberapa waktu ke depan ketika harga minyak meninggi.
David juga mengingatkan akan ekspektasi pasar saat harga minyak naik. Saat itu, The Fed diprediksi akan mencoba mempertahankan suku bunga tinggi. Kondisi demikian akan mengakibatkan indeks dolar terus menguat.
Pemerintah saat ini masih menahan harga BBM nonsubsidi. Kebijakan ini akan berlangsung hingga Juni 2024. Ketika kebijakan penahanan harga tersebut berakhir, harga BBM diprediksi akan mengalami kenaikan. (WIL)